Provinsi Sumatera Utara telah memasuki rezim inflasi rendah. Dalam kurun waktu tahun berjalan Sumut merealisasikan deflasi di tahun 2017 ini. Demikian halnya dengan nasional, year on year?nya tidak jauh berbeda dengan Sumut.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan ini realisasi yang sangat baik. Upaya menekan inflasi ini akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang khususnya terkait dengan suku bunga acuan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi.
"Dengan laju tekanan inflasi yang rendah, kita berharap akan ada penurunan pada suku bunga simpanan. Tetapi inflasi belum sepenuhnya menjadi indikator yang kuat dalam merubah besaran suku bunga simpanan. Sehingga suku bunga kredit bisa ditekan lagi," katanya Kamis (3/8/2017).
Dengan inflasi yang kecil, tentunya daya saing diharapkan bisa naik. Namun belum sepenuhnya demikian. Disisi lain di pasar uang justru ada perebutan dana dengan biaya yang lebih mahal. Yang disayangkan besaran pemerintah juga berebut dengan menawarkan imbal hasil tinggi pada instrument surat utangnya. Alhasil, perbankan pun belum sefleksibel inflasi alam menentukan besaran suku bunganya.
"Jadi sekalipun Sumut inflasinya kecil belum tentu akan mendapatkan manfaat secara langsung khususnya dari besaran suku bunga. Meskipun tetap ada faedah lainnya. Yakni inflasi yang rendah mampu menjaga daya beli masyarakat," ujarnya.
Namun setelah lebaran kemarin omset pedagang itu sempat anjlok hingga 50% khususya bagi toko grosir yang juga menjual bahan pangan pelengkap dan tahan lama.
"Untuk pedagang tradisional yang menjajakan bahan pangan pokok. Sebelumnya penurunannya hanya berkisar 10 hingga 20% saja. Karena kebutuhan pokok maka barang dagangan jenis ini elastisitasnya lebih baik dibandingkan pedagang yang menjual bahan kebutuhan sehari hari yang tahan lama," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement