Menko Polhukam Wiranto mengatakan sebagian besar kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2017 terjadi karena ulah masyarakat yang membuka lahan dengan membakar hutan, bukan kibat faktor cuaca.
"Ini akibat dibakar karena tradisi para peladang di pinggir hutan adalah membakar lahan untuk pertanian dan perkebunan menjelang musim hujan. Jadi modusnya itu benar-benar dibakar, bukan karena alam," jelas Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Wiranto menambahkan?berdasarkan laporan dari pihak terkait, kasus karhutla paling besar terjadi pada 2015. Sementera itu, pada 2016 jumlahnya berkurang karena ada La Nina, yakni keadaan iklim yang mengakibatkan curah hujan besar dan panjang, sehingga karhutla tidak banyak terjadi.
"Pada tahun ini, dan bulan ini, jumlah titik api lebih sedikit dibandingkan 2016, tapi di beberapa tempat di Indonesia, kasus karhutla malah meningkat. Ternyata ini karena budaya masyarakat pinggir hutan yang membakar lahan untuk bertani," terang dia.
Kebiasaan itu, kata mantan panglima TNI ini, perlu diubah untuk tetap melindungi kekayaan alam Indonesia, yang merupakan paru-paru dunia tersebut.?"Kita sepakat pemerintah melalui kementerian dan lembaga akan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan masalah ini. Perusahaan besar yang punya tanggung jawab memelihara hutan, juga kami minta memberikan penyuluhan dan bantuan kepada petani untuk tidak membakar, tapi diubah dengan menggunakan pupuk cair," ujar Wiranto. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement