Menteri Luar Negeri, Retno L. P. Marsudi menegaskan bahwa ASEAN harus dapat menghadapi berbagai tantangan pada masa kini maupun tantangan baru pada masa depan agar bisa terus menjadi organisasi regional yang berhasil. Hal itu disampaikan Menlu Retno Marsudi dalam sesi pleno Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Manila, Filipina pada Sabtu (5/8/2017).
Menurut Retno, salah satu tantangan masa kini yang harus dihadapi oleh ASEAN adalah rivalitas geopolitik, seperti di Laut China Selatan. Terkait hal itu, Menlu Retno menekankan bahwa ASEAN harus terus dapat mengelola situasi dengan menghormati prinsip-prinsip dasar dan hukum internasional serta menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Selain itu, kata dia, ASEAN juga harus dapat mengatasi berbagai tantangan yang datang dari ancaman kejahatan transnasional dan terorisme. Untuk itu, Menlu RI menekankan pentingnya untuk ASEAN meningkatkan kerja sama, baik di tingkat regional maupun subregional.
Menlu RI juga menegaskan bahwa mengurangi jurang pembangunan antara penduduk miskin dan kaya masih merupakan tantangan bagi ASEAN. Dalam menangani jurang pembangunan tersebut, menurut dia, ASEAN perlu terus mendorong pembangunan yang inklusif, termasuk dengan memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan memberikan perlindungan bagi pekerja migran.
"Kunci dari keberhasilan ASEAN ke depan akan ditentukan dari kemampuannya untuk memastikan rakyat ASEAN merasakan hasil dari pembangunan yang dicapai ASEAN," tutur Menlu Retno. Selanjutnya, dia juga menekankan bahwa negara-negara anggota ASEAN ke depan akan menghadapi tantangan untuk menjaga dan mempertahankan sentralitas dan kesatuan ASEAN.
Pemerintah Indonesia memandang bahwa tanpa kesatuan dan sentralitas, peran ASEAN di kawasan dan dunia dapat menjadi kurang relevan. Untuk itu, Menlu Retno menyerukan agar komunikasi diantara para menteri luar negeri ASEAN semakin ditingkatkan, baik melalui jalur formal maupun informal.
"Kita harus terus menjaga dan memperkuat kesatuan dan sentralitas ASEAN, dan jangan sampai kawasan ASEAN menjadi 'proxy' bagi negara-negara besar," ujar dia. (RKA/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement