Warga Bangladesh Upayakan Bantuan Kepada Pengungsi Rohingya
Terlepas dari risikonya, pengungsi Rohingya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan selain bersaing memperebutkan sumbangan berharga dari para warga Bangladesh.
"Jika bukan karena orang-orang Bangladesh, saya tidak tahu bagaimana kita bisa bertahan. Tidak ada tempat di kamp-kamp, dan tidak ada organisasi internasional yang menawarkan dukungan kepada kami," ujar Noor Mohammed dari pemukiman pinggir jalannya.
Saat dirinya berbicara, anak perempuannya yang berusia enam tahun berdiri dengan satu kakinya ditempatkan di aspal jalanan, kemudian matanya menatap kaca depan kendaraan yang berlalu-lalang sementara tangannya siap menerima sumbangan.
Kurang dari separuh dari 20 pengungsi Al Jazeera mengatakan bahwa mereka telah mendapat dukungan dari sebuah badan bantuan resmi.
"Ya, kita semua bisa melakukannya dengan lebih baik," ujar Jean-Jacques Simon di badan anak-anak PBB, UNICEF.
"Namun kita menghadapi beberapa tantangan besar belum pernah terjadi sebelumnya untuk melihat besarnya orang-orang yang menyeberang dari satu negara ke negara lain," ujarnya.
Hampir tiga minggu memasuki krisis, PBB menerima pengiriman pasokan dari luar negeri.
"Beberapa hari lagi Anda akan melihat lonjakan pasokan," ujar Simon.
Tapi agen kemanusiaan yang beroperasi di Cox's Bazar masih sangat membutuhkan sebanyak $77 juta untuk memenuhi tuntutan populasi pengungsi yang makin bertambah. Dukungan itu tidak bisa datang cukup cepat bagi Abu Hayed, seorang petani dari desa Jammu Khali di dekat Teknaf.
Selama beberapa minggu terakhir, dirinya telah menampung delapan keluarga Rohingya di sebuah gudang sapi tua. Tidak seperti kebanyakan pendatang baru, mereka memiliki akses reguler ke makanan, air dan halaman untuk anak-anak bermain.
"Saya memberi mereka tempat berlindung karena saya punya hati nurani, dan juga kebetulan sedang hujan di luar, mereka tidak punya tempat untuk tidur, mereka sama sekali tidak berdaya, tapi saya adalah notabene hanya petani miskin dengan anggota keluarga yang banyak, saya mencoba untuk memindahkan mereka ke sebuah kamp, tapi saya tidak mendapatkan dukungan apapun, "ujarnya sambil membawa segelas air ke salah satu penyewa, sebagaimana dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (15/9/2017).
"Kita tidak bisa merawat mereka lebih lama lagi," pungkas Abu Hayed.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement