Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Penurunan Suku Bunga Sudah Hitung Tensi dari The Fed

BI: Penurunan Suku Bunga Sudah Hitung Tensi dari The Fed Dody Budi Waluyo | Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia menyatakan kebijakan penurunan suku bunga acuan, BI 7-day Reverse Repo Rate, pada September 2017 kali ini sudah memperhitungkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat The Fed (Fed Fund Rate/FFR) pada Desember 2017.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, kenaikan Fed Fund Rate masih mungkin terjadi pada Desember 2017 nanti dimana probabilitas kenaikannya sudah mulai meningkat mengarah ke realisasi.

"The Fed sendiri akan mulai 'start' normalisasi di sekitar Oktober nanti. Itu semua risiko eksternal, dan sudah kita kalkulasi," ujar Dody saat jumpa pers di Jakarta, Jumat malam (22/9/2017).

Sementara itu, lanjut Dody, ke depannya kebijakan bank sentral akan tetap netral. Ia menilai, dengan suku bunga acuan yang diturunkan, sudah cukup memadai untuk dapat melihat perkembangan inflasi ke depan.

"Suku bunga saat ini sudah bisa membawa inflasi ke target sasaran kita. Namun masih terbuka ruang ke depannya, bergantung kepada seberapa inflasi dan stabilitas nilai tukar bisa kita jaga," kata Dody.

BI memperkirakan prospek perekonomian global semakin membaik terutama di negara maju. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan perbaikan permintaan domestik. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi di Eropa membaik seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan penurunan ketidakpastian sektor keuangan.

Di negara berkembang, perekonomian Tiongkok diperkirakan tumbuh lebih baik didukung oleh konsumsi yang kuat dan penyaluran kredit yang meningkat. Peningkatan pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan dapat mengkompensasi penurunan pertumbuhan di India.

Di pasar komoditas, harga minyak relatif stabil dan harga komoditas ekspor Indonesia relatif tetap tinggi, terutama batubara dan tembaga. Relatif membaiknya pertumbuhan ekonomi global dan tetap tingginya harga komoditas dunia berdampak positif terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Sementara itu, risiko pasar keuangan global relatif terjaga seiring dengan keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) terkait dengan kebijakan FFR dan normalisasi neraca bank sentral AS yang sesuai dengan perkiraan pasar. Keputusan FOMC tersebut juga sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia.

Sedangkan terkait inflasi, ke depan diperkirakan tetap rendah dan berada dalam kisaran sasaran inflasi didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan tren menurunnya inflasi global. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: