PT Sri Rezeki Isman (SRIL) optimis hingga penghujung tahun ini kinerja perusahaan akan moncer. Direktur Utama SRIL, Iwan Setiawan menyatakan jika hal tersebut didasari oleh kondisi industri tekstil masih memiliki potensi yang besar untuk tumbuh. Selain itu, Pihaknya pun akan berupaya mempertahankan dan meningkatkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
?Kami melihat industri tekstil nasional secara keseluruhan masih akan mengalami peningkatan, terlebih dengan mempertimbangkan adanya kecenderungan peningatkan biaya buruh di China dan beberapa kendala perburuhan di Bangladesh, Indonesia jadi lebih disukai oleh para investor,? katanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Sepanjang 2016, paparnya, beberapa indikator kondisi keungan perusahaan menunjukan hasil yang menggembirakan seperti peningkatan nilai total aset perusahaan dari US$947 juta menjadi US$1,105 miliar, dan peningkatan total ekuitas dari US$276 juta pada 2015 menjadi US$331 juta pada 2016.
Salah satu upaya yang telah dlakukan oleh manajemen SRIL untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah penambahan kapasitas produksi dengan perluasan pabrik yang peresmiannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada April 2017.
Iwan menjelaskan jika peningkatan kapasitas pada perusahaan terjadi pada hampir seluruh lini usaha perusahaan seperti penambahan kapasitas spinning dari 1,2 juta mata pintal menjadi 1,5 juta mata pintal, penambahan kapasitas weaving dari 540 juta meter per tahun menjadi 600 juta meter per tahun.
?Penambahan kapasitas produksi finishing dari 540 juta yard per tahun menjadi 660 juta yard per tahun, dan penambahan kapasitas produksi garmen dari 25 juta potong per tahun menjadi 39 juta potong per tahun,? jelasnya.
Sekadar informasi, laba periode berjalan pada semester dua ini mengalami kenaikan sebesar 26 persen jika dibandingkan dengan laba periode berjalan tahun lalu, dari US$26,7 juta menjadi US$33,6 juta. Penjualan perseroan pun tumbuh sebesar 8 persen jika dibandingkan dengan semester sebelumnya, yaitu dari US$371 juta menjadi US$400 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement