Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Buka Perbatasan Bagi Para Rohingya, PBB Puji 'Kemurahan Hati' Bangladesh

Buka Perbatasan Bagi Para Rohingya, PBB Puji 'Kemurahan Hati' Bangladesh Seorang anak laki-laki Rohingya membawa seorang anak setelah setelah melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, 1 September 2017. | Kredit Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Bangladesh mengatakan dua permukiman yang ada telah ditutup. Minggu ini Bangladesh melaporkan 4.000-5.000 Rohingya melintasi perbatasan setiap harinya setelah jeda singkat dalam kedatangan, dengan 10.000 lebih pengungsi menunggu di perbatasan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memuji "semangat kemurahan hati" Bangladesh yang luar biasa dalam membuka perbatasannya.

Namun kepala UNICEF Anthony Lake dan koordinator bantuan darurat PBB Mark Lowcock mengatakan dengan seruan sebesar $430 juta dibutuhkan untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya bahwa "kebutuhan para pengungsi Rohingya tumbuh lebih cepat daripada kemampuan kita untuk bertemu dengan mereka," ujarnya.

"Tragedi manusia yang berlangsung di Bangladesh selatan mengejutkan dalam skalanya, kompleksitas dan kecepatannya," ungkapnya dalam sebuah pernyataan yang menyebut krisis Rohingya "darurat pengungsi berkembang tercepat di dunia", sebagaimana dikutip dari The Guardian, Jumat (6/10/2017).

Rohingya yang telah berhasil menuju ke Bangladesh menuduh lonjakan kedatangan mengikuti kampanye baru intimidasi oleh tentara Myanmar di beberapa bagian Rakhine yang masih merupakan tempat tinggal komunitas Muslim.

Namun, Kepala Kantor Militer Myanmar Min Aung Hlaing mengatakan bahwa kebakaran di tujuh rumah di sebuah desa Rohingya di kota Buthidaung pada hari Rabu awal dimulai oleh "Einu", seorang tersangka militan dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA).

Krisis pengungsi meletus setelah serangan ARSA terhadap pos polisi Myanmar pada 25 Agustus memicu serangan militer yang brutal. PBB mengatakan bahwa kampanye militer Myanmar bisa menjadi "pembersihan etnis" sementara para pemimpin militer menyalahkan kerusuhan di Rohingya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: