Petani Kabupaten Lebak diminta meningkatkan kualitas produksi komoditas pertanian sehingga bisa berdaya saing di pasaran domestik maupun mancanegara.
"Kita terus mendorong petani dapat meningkatkan kualitas produksi komoditas pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat meninjau produksi pertanian di areal "car free day" di Lebak, Minggu (15/10/2017).
Untuk meningkatkan kualitas produksi komoditas pertanian, pihaknya menginstruksikan seluruh kelompok tani di Kabupaten Lebak menerapkan rekayasa teknologi. Hal ini dikarenakan rekayasa teknologi tersebut tentu akan menghasilkan kualitas produksi sehingga bisa berdayang saing di pasar domestik hingga mancanegara.
Penerapan teknologi itu di antaranya petani wajib menggunakan benih unggul yang bersertifikasi juga pemupukan yang berimbang antara organik dan nonorganik. Petani padi bisa memakai pupuk KCL guna bobot buah lebih besar sehingga bisa menguntungkan pendapatan ekonomi petani. Selain itu petani dapat meningkatkan teknik budi daya melalui sistem jajar legowo, juga pemupukan yang benar.
"Kami yakin komoditas pertanian berkualitas dipastikan permintaan pasar cenderung meningkat, terlebih Lebak sebagai daerah penyangga Jakarta," katanya menjelaskan.
Menurut Dede, potensi pengembangan produk pertanian di Kabupaten Lebak cukup prospektif dan berpeluang untuk merebut pasar global karena didukung lahan yang begitu luas. Bahkan, di antaranya produk komoditas pertanian hortikultura menembus Pasar Mancanegara, seperti manggis dan rambutan tangkue. Produk unggulan pertanian hortikultura tersebut telah diekspor ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa.
Ia meminta petani terus meningkatkan kualitas komoditas pertanian lainnya, diantaranya hortikultura, palawija, dan pangan. Apalagi, saat ini sudah diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga dituntut meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Jika petani tidak mempersiapkan terlebih dahulu, dipastikan akan kalah bersaing dengan produk pertanian negara lain. "Kami mendorong petani bisa bersaing pada pasar bebas MEA itu," katanya.
Ia juga menyatakan, pihaknya terus mengembangkan berbagai jenis tanaman, baik pertanian padi dan palawija maupun hortikultura. Pengembangan tanaman hortikultura menjadikan skala prioritas karena permintaan pasar relatif tinggi dan menguntungkan petani. Pemerintah daerah kini mengembangkan sebanyak 17 komoditas tanaman hortikultura, di antaranya alpukat, belimbing, dukuh, sawo, durian, mangga, manggis, rambutan, pepaya, salak, pisang, nangka, dan nanas.
Pengembangan tanaman buah-buahan yang sudah berjalan di Kabupaten Lebak, yakni manggis di Kecamatan Cipanas, Bayah, Lebakgedong, Sobang, dan Muncang. Begitu juga durian di Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cirinten, Muncang, dan Bojongmanik. Kawasan buah duku di Kecamatan Warunggunung, Cikulur, dan Cibadak. Komoditas mangga di Kecamatan Panggarangan, Malingping, Cihara, dan Bayah. Sementara rambutan dan salak di Kecamatan Maja, Cimarga Curugbitung, Rangkasbitung, Cijaku, Leuwidamar, dan Sajira.
Selain itu, Kabupaten Lebak sebagai lumbung pangan juga bisa memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Banten. Produksi beras Kabupaten Lebak hingga puluhan ton dipasok ke Jakarta dan Jawa Barat serta Lampung.
"Kami berharap petani bisa menerapkan teknologi sehingga bisa menghasilkan daya saing di pasaran," katanya.(FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait:
Advertisement