Harga minyak dunia berakhir naik pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB, 28/10/2017), karena produsen-prpdusen minyak utama menyatakan dukungan mereka untuk memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, menambahkan 1,26 dolar AS menjadi menetap di 53,90 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik 1,14 dolar AS menjadi ditutup pada 60,44 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Arab Saudi dan Rusia sama-sama menyatakan dukungan mereka untuk memperpanjang kesepakatan global untuk mengurangi pasokan minyak selama sembilan bulan lagi, kata seorang pejabat OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) pada Jumat (27/10/2017), menurut Reuters.
OPEC dan mitra non-OPEC telah berjanji untuk mengurangi produksi sekitar 1,8 juta barel per hari sampai akhir Maret 2018, untuk mengurangi kelebihan pasokan global. Mereka diperkirakan akan membahas perpanjangan kesepakatan tersebut dalam sebuah pertemuan di Wina pada 30 November.
Harga minyak juga mendapat dukungan, setelah Bank Dunia memproyeksikan harga-harga komoditas global akan terus meningkat pada 2018, mengingat permintaan terus bertambah dan pemotongan produksi yang disepakati di antara eksportir minyak, laporan triwulanan Bank Dunia mengatakan pada Kamis (26/10/2017).
Dalam laporan Prospek Pasar-pasar Komoditas (Commodity Markets Outlook), Bank Dunia memperkirakan harga minyak mentah akan naik menjadi 56 dolar AS per barel pada 2018, dari 53 dolar AS tahun ini.
Permintaan dan pengekangan minyak yang kuat di negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan produsen-produsen non-OPEC menaikkan harga minyak, meski terjadi peningkatan dalam produksi minyak serpih AS, kata bank tersebut.
Harga-harga untuk komoditas energi yang meliputi minyak, gas alam, dan batu bara diperkirakan akan tumbuh 4,0 persen pada 2018 setelah melonjak 28 persen tahun ini. Sementara harga-harga logam diperkirakan akan stabil pada 2018 setelah melonjak 22 persen tahun ini.
"Harga-harga energi pulih karena permintaan yang stabil dan penurunan persediaan, namun banyak tergantung pada apakah produsen minyak berusaha untuk memperpanjang pemotongan produksi," kata John Baffes, penulis utama laporan Bank Dunia tersebut. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement