Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nilai Tukar Petani Sulsel Akhirnya Naik 0,74 Persen

Nilai Tukar Petani Sulsel Akhirnya Naik 0,74 Persen Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam di Makassar, Sulawesi Selatan. | Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -
Setelah sempat anjlok, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel akhirnya mengalami pergerakan positif pada Oktober 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Sulsel menembus 100,76 atau naik 0,74 persen dibandingkan torehan September 2017 yang hanya 100,02.?
Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam, mengungkapkan daya beli petani di daerahnya akhirnya terdongkrak selaras dengan melonjaknya tiga subsektor, mulai dari tanaman pangan, perkebunan rakyat dan perikanan. Adapun dua subsektor lain yakni hortikultura dan peternakan masih terbilang lesu alias mengalami penurunan.?
"NTP Sulsel periode Oktober 2017 terlihat cukup menggembirakan. Tercatat kenaikan 0,74 persen menjadi 100,76. Semoga NTP yang merupakan gambaran atas daya beli petani bisa terus meningkat," kata Nursam, saat merilis perkembangan NTP Sulsel pada Oktober 2017 di kantornya, di Jalan Haji Bau, Kota Makassar, Rabu, (1/11/2017).
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di pedesaan. NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Semakin tinggi NTP, semakin kuat daya beli petani. Adapun NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang harus dibayarkan petani.
Nursam memaparkan lonjakan NTP Sulsel pada Oktober 2017 terjadi dikarenakan adanya kenaikan pada indeks yang diterima petani (it) mencapai 0,62 persen. Selanjutnya, kondisi tersebut dipermantap dengan adanya penurunan pada indeks yang dibayar oleh petani sebesar 0,12 persen. "Perhitungannya dikalkulasi dari selisih antara indeks yang dibayarkan dengan indeks yang diterima petani."
Berdasarkan data BPS, kenaikan tertinggi dialami subsektor perkebunan rakyat yang pertumbuhannya melonjak 2,95 persen. Disusul subsektor perikanan (0,68 persen) dan subsektor tanaman pangan (0,52 persen). Adapun dua subsektor yang mengalami penurunan terbesar adalah hortikultura (-0,51 persen), disusul peternakan (-0,13 persen).?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: