Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Prospek Ekonomi Indonesia 2018 Versi BI

Ini Prospek Ekonomi Indonesia 2018 Versi BI Sejumlah pekerja menyelesaikan proyek bangunan bertingkat di Jakarta, Senin (30/10). Kementerian Tenaga Kerja menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2018 sebesar 8,71 persen. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia mengatakan?prospek perekonomian pada tahun 2018 mendatang akan sangat dipengaruhi oleh?dinamika perekonomian global, tantangan ekonomi, dan arah kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan?pertumbuhan ekonomi global akan meningkat secara gradual pada tahun-tahun mendatang. Ia menjelaskan?dalam jangka pendek sumber pertumbuhan ekonomi akan merata yakni berasal dari negara maju ataupun berkembang. Namun dalam jangka menengah panjang, imbuhnya, negara berkembang akan memainkan peranan lebih besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi global.

"Negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dengan Tiongkok dan India sebagai motor utamanya. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang akan tumbuh lebih rendah karena permasalahan aging population dan produktivitas,"?ujar Agus dalam acara Laporan Tahunan BI di Jakarta, belum lama ini.

Pertumbuhan ekonomi global yang meningkat gradual ini, lanjut Agus, akan diikuti oleh pertumbuhan harga komoditas dengan pola serupa.

"Pertumbuhan harga komoditas tahun depan kami perkirakan melambat, meskipun pada tahun-tahun berikutnya harga komoditas akan tumbuh secara gradual sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global" ujarnya.

Di sektor keuangan, lanjutnya, BI memperkirakan suku bunga dunia akan meningkat sejalan dengan tren pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Suku bunga kebijakan AS diperkirakan akan meningkat sekali lagi tahun ini dan meningkat tiga kali pada tahun depan.

Dalam jangka pendek, stimulus dari pemerintah akan berperan penting dalam mendorong perekonomian. Stimulus pemerintah momen pilkada dan Asian Games pada 2018 akan berpengaruh pada permintaan domestik, khususnya konsumsi.

Ia mengatakan investasi pemerintah dalam bentuk proyek-proyek infrastruktur tetap akan mewarnai pertumbuhan invesasi ke depan. Di sisi lain ekspor diperkirakan tetap tumbuh namun mengalami perlambatan?dibandingkan tahun ini dengan struktur ekspor yang masih bertumpu?pada komoditas.

"Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi ini dan komitmen Bank Indonesia untuk mencapai target inflasi secara konsisten, inflasi 2018 akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 3,5?1%," ujarnya.

Dengan prospek perekonomian tersebut, ia memprediksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan pada tahun 2018 mendatang akan berada dalam kisaran 9 sampai 11 persen dan 10 sampai 12 persen.

Sementara itu, sejalan dengan meningkatnya investasi dan semakin intensifnya proyek-proyek infrastruktur, defisit transaksi berjalan diperkirakan sedikit meningkat namun tetap pada level yang sehat di bawah 3% dari PDB.

"Prospek perekonomian dalam jangka pendek tersebut akan menjadi landasan yang kuat bagi perekonomian dalam jangka menengah dan panjang. Dalam jangka menengah, perekonomian global kami perkirakan mulai meningkat secara gradual. Harga komoditas juga mulai tumbuh positif sejalan dengan permintaan yang mulai meningkat," sebutnya.

Di sisi domestik, BI meyakini reformasi struktural yang dicanangkan pemerintah akan berjalan baik yang dilandasi oleh komitmen tinggi pemerintah. Proyek-proyek infrastruktur pemerintah akan terakselerasi dan berdampak signifikan pada perekonomian. Paket-paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah juga akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

Reformulasi regulasi-regulasi di berbagai kementerian dan lembaga. Di tingkat pusat dan daerah akan memberikan keyakinan dan dampak signifikan pada minat berinvestasi. Integrasi sistem perizinan dan kemudahan berusaha akan mempermudah aktivitas ekonomi.

Percepatan reformasi struktural yang terjadi tentu saja akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang disertai sisi suplai yang lenih kuat pada gilirannya memungkinkan perekonomian tumbuh lebih tinggi tanpa menggangu stabilitas.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada periode 2019-2022 akan berada dalam lintasan yang meningkat, hingga mencapai kisaran 5,8-6,2% pada 2022. Dengan sisi suplai yang lebih kuat dalam mengakomodasi permintaan, inflasi akan terkendali dlam kisaran 3?1% pada 2022," paparnya.

Sementara defisit transaksi berjalan, lanjutnya, akan menurun dan tetap berada pada level yang sehat di bawah 3%dari PDB.

"Kami berkeyakinan, kebijakan-kebijakan penguatan momentum pemulihan ekonomi jangka pendek yang diimbangi kebijakan-kebijakan dalam mempercepat transformasi ekonomi dapat membawa perekonomian tumbuh lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: