Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasil Survei: Pembukaan Rekening Lewat Agen Bank Masih Minim

Hasil Survei: Pembukaan Rekening Lewat Agen Bank Masih Minim Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil survei Jaringan Keagenan Keuangan Inklusif (Laku Pandai dan LKD) di Indonesia dalam rangka Percepatan Inklusi Keuangan yang dilakukan Helix ? Institut of Digital Finance menunjukkan bahwa telah terjadi perkembangan pesat dalam jumlah agen. Namun demikian, jaringan keagenan di Indonesia didominasi oleh beberapa pemain besar seperti BRI (51%) dan Bank BTPN (29%), dimana keduanya menguasai 80% dari pangsa pasar rekening yang ada.

Selain itu, meskipun strategi keuangan inklusif nasional Indonesia telah memiliki visi untuk meningkatkan akses orang dewasa ke rekening bank dari 36% (tahun 2014) menjadi 75% (di tahun 2019), pembukaan rekening melalui agen jasa keuangan digital masih relatif rendah.?

"Hasil survei menunjukan bahwa saat ini hanya 28% dari para agen yang menawarkan layanan pembukaan rekening," ujar Direktur MicroSave Indonesia Grace Retnowati saat menyampaikan hasil temuan tersebut dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (4/12/2017).

Sorotan lain dalam survei ini adalah agen memberikan layanan perbankan lebih ekstensif (67 jam per minggu) dibandingkan dengan kantor cabang bank (35 jam per minggu), tetapi sebagian besar lokasi agen masih berdekatan dengan cabang bank.?

"Rata-rata jarak tempuh antara cabang bank dengan lokasi agen sekitar 10 menit, dan sekitar 85% agen berjarak tempuh kurang lebih 15 menit dari kantor cabang bank terdekat," tambahnya.?

Sejalan dengan regulasi yang ada, hasil survei menemukan bahwa Indonesia memiliki agen eksklusif terbesar (97%) dibandingkan dengan negara-negara lain dimana dilakukan survei sejenis. Lebih dari sepertiga agen yang diwawancarai (33%) menyampaikan bahwa mereka juga ingin menjadi agen dari bank/provider keuangan digital yang lain karena sebagian besar agen tidak mengetahui adanya regulasi yang tidak memperbolehkan mereka menjadi agen lebih dari 1 bank/provider.?

Sebanyak 96% dari agen di Indonesia adalah agen nondedikasi (yaitu agen memiliki usaha lain selain sebagai agen jasa keuangan digital sebagai sumber penghasilannya). Dibandingkan dengan agen yang dedikasi yang mana hanya 38% mampu mencapai break event dalam usahanya, agen-agen yang nondedikasi secara signifikan mampu mendapatkan profit lebih tinggi dari usaha keagenannya.?

Kemudian rata-rata agen di Indonesia melakukan 4 transaksi per hari, sedangkan agen-agen di daerah Jabodetabek mampu melakukan rata-rata 10 transaksi per hari. Ekspansi jaringan agen yang kurang ditambah dengan volume transaksi yang rendah menyebabkan profitabilitas agen menjadi rendah.

"Dari hasil penemuan selama survei, lebih dari seperempat agen di Indonesia (26%) justru mengalami kerugian atau bahkan tidak mampu mencapai break event point dari usahanya," ungkapnya.

Meskipun tingkat profitabilitas mereka rendah akibat dari tingkat transaksi yang rendah, mayoritas agen (91%) menyatakan bahwa mereka optimis dan tetap berharap bahwa mereka bisa tetap menjadi agen jasa keuangan digital di masa yang akan datang.

Grace menuturkan, agen adalah tulang punggung dari keuangan inklusif digital sehingga sangat penting untuk membangun dan mendukung jaringan keagenan yang berkelanjutan.

"Kami percaya bahwa hasil temuan dari survei ini akan membantu para pembuat kebijakan dan para penyedia jasa keuangan digital untuk mengidentifikasi celah/kelemahan yang ada dengan menggunakan bukti yang terukur sehingga membantu katalisasi jaringan keagenan di Indonesia," katanya.

Eko Ariantoro, Direktur Pengembangan Keuangan Inklusif dari Otoritas Jasa Keuangan memberikan apresiasi terhadap survei Akselerasi Jaringan Keagenan yang telah dilakukan oleh Helix ? Institut of Digital Finance. Adapun survei dilakukan dengan mewawancarai sampel sebanyak 1.300 agen jasa keuangan digital (Laku Pandai and LKD) dari 15 provinsi di Indonesia pada Juli?September 2017.

Survei ini didesain untuk memberikan wawasan yang bermanfaat bagi sektor jasa keuangan digital, serta memberikan rekomendasi untuk mengembangkan jaringan keagenan yang berkelanjutan di Indonesia.?

Proyek Akselerasi Jaringan Keagenan dikelola dan dilakukan oleh Helix ? Institute of Digital Finance, yang merupakan inisiatif survei terbesar di dunia fokus pada jaringan keagenan jasa keuangan digital, serta didesain untuk mendukung pengembangan dan keberhasilan jaringan keagenan.

Indonesia adalah salah satu dari 11 negara di Asia dan Afrika yang berpartisipasi dalam proyek survei ini, yang dipilih berdasarkan kontribusinya terhadap perkembangan jasa keuangan digital secara global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: