Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Dunia Naik Pasca Pengeboran AS Berkurang

Harga Minyak Dunia Naik Pasca Pengeboran AS Berkurang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, New York -

Harga minyak dunia naik tipis pada akhir perdagangan Selasa (9/1/2018) pagi WIB), setelah data menunjukkan terjadi penurunan mingguan dalam jumlah rig pengeboran di Amerika Serikat.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 0,29 dolar AS menjadi menetap di 61,73 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, bertambah 0,16 dolar AS menjadi ditutup pada 67,78 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Pekan lalu, kedua kontrak naik ke level tertinggi sejak Mei 2015 dengan Brent di 68,27 dolar AS per barel dan WTI di 62,21 dolar AS per barel.

Jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak Amerika Serikat secara tak terduga turun lima rig menjadi 742 rig pada pekan lalu, kata perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (5/1).

Harga minyak sedikit berubah pada Senin (8/1), diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak Mei 2015, karena kekhawatiran politik di beberapa negara OPEC mengimbangi proyeksi produksi minyak AS yang lebih tinggi.

"Harga minyak berimbang pada sesi perdagangan hari ini. Protes yang sedang berlangsung di Iran, bersamaan dengan penahanan beberapa pangeran baru-baru ini di Arab Saudi, telah menghidupkan kembali kekhawatiran geopolitik," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior di Global Gas Analytics Interfax Energy di London.

"Namun, prospek kenaikan produksi minyak AS di tengah perbaikan baru-baru ini yang terlihat pada harga minyak, terus mendorong sentimen bearish," kata Kumar.

Produksi minyak AS diperkirakan akan meningkat di atas 10 juta barel per hari, sebagian besar berkat lonjakan produksi pengeboran minyak serpih, menurut data energi federal.

"Harga minyak AS sekarang masuk dalam kisaran yang diantisipasi untuk menarik peningkatan produksi minyak serpih (shale oil)," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets di Sydney.

Meningkatnya produksi minyak AS adalah faktor utama yang melawan penurunan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang didominasi oleh Timur Tengah dan Rusia, yang dimulai pada Januari 2017 dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2018.

Sebuah sumber OPEC senior dari produsen minyak terkemuka Timur Tengah mengatakan, OPEC memantau kerusuhan di Iran, serta krisis ekonomi Venezuela, namun akan meningkatkan produksi hanya jika ada gangguan produksi yang signifikan dan berkelanjutan dari negara-negara tersebut.

Sementara itu, para pedagang juga terus mengawasi ketegangan politik di Iran. Selama sepekan terakhir, demonstrasi meletus di sejumlah kota Iran menentang kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah.

Sedikitnya 20 orang, termasuk warga sipil dan polisi, tewas dan puluhan lainnya cedera dalam bentrokan antara para demonstran dan pasukan keamanan, menurut laporan tidak resmi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: