Investasi properti di tahun 2018 tetap menarik untuk dijadikan alternatif portofolio. Namun demikian, tidak semua segmen masyarakat memiliki dana yang cukup untuk membeli rumah yang diinginkan, termasuk dalam mengumpulkan uang muka atau DP.
Untuk pengajuan pinjaman juga membutuhkan proses yang tidak semua orang bisa lolos verifikasi. Hal ini disadari oleh Gradana, sebuah perusahaan rintisan digital lokal yang fokus pada pembiayaan properti dengan konsep penghimpunan dana (crowdfunding).
Menurut Komisaris Gradana Freenyan Liwang, masyarakat sejak dulu sangat teredukasi mengenai nilai properti yang selalu meningkat setiap tahun. Bagi kelompok menengah atas, mengalokasikan dana berlebih untuk membeli rumah, tanah, dan apartemen untuk kemudian dijual lagi saat harga naik sangat lazim dilakukan.
"Persoalannya hanyalah pada daya beli sebagian besar masyarakat kita yang belum bisa berinvestasi pada properti. Bisa karena keterbatasan dana, bisa juga karena tidak ada alokasi budget. Apalagi untuk meminjam kredit membutuhkan banyak persyaratan administrasi. Oleh karena itu, platform kami menawarkan solusi untuk individu-individu yang ingin membeli rumah, tetapi belum punya cukup simpanan untuk membayar DP," tuturnya di Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Menurutnya, platform Gradana bisa menjadi solusi bagi generasi milennial yang ingin membeli rumah pertama tanpa perlu mengumpulkan DP lebih dulu.
Dengan tren harga properti yang terus naik, diprediksikan generasi ini akan lebih sulit membeli properti di tahun-tahun mendatang. Termasuk juga uang muka yang terus bertambah setiap tahunnya mengingat harga properti yang tidak pernah menurun.
"Untuk masalah down payment, Gradana memberikan fasilitas cicilan uang mukasebanyak 24 atau 36 kali tanpa ada bunga tambahan bagi pembeli rumah. Adapun harga cicilan uang muka tersebut sudah disepakati dengan pengembang rekanan dan diinformasikan di muka. Sistem di Gradana menjamin pembeli rumah akan mendapatkan harga yang sama sesuai dengan price list. Jika cicilan DP telah selesai, pembeli akan mendapat kesempatan lebih baik untuk mendapatkan fasilitas KPR dengan adanya rekam jejak kredit pada Gradana sebagai pendukung profil kredit yang baik," kata Mantan Direktur Utama Bank Sinarmas tersebut.
Freenyan juga mengatakan bahwa proses pengajuannya bisa dilakukan secara online dengan mengunggah data-data pendukung.
"Kita paham bahwa generasi milennial tidak bisa dipisahkan dari teknologi dan mereka menginginkan kepraktisan. Dengan platform ini, mereka tidak perlu lagi datang ke kantor cabang dan menyerahkan dokumen-dokumen secara fisik. Cukup dari layar laptop mereka saja dimana untuk waktunya pun tidak terbatas pada jam kantor dan bisa dilakukan tanpa ada konstrain waktu," tukasnya.
Lebih jauh, Freenyan menuturkan, Gradana bisa memberikan pinjaman dengan batas atas 2 miliar rupiah dan setiap pinjaman yang diberikan akan dibagi ke sejumlah slot sehingga membuka kesempatan bagi setiap pendana (lender) untuk berpartisipasi.
"Misalnya, calon konsumen atau pembeli ingin membeli rumah seharga 500 juta. Maka harga unit rumah dapat kita bagi menjadi 50 slot, dengan nilai satu slot sejumlah 10 juta rupiah. Kami mempertemukan antara peminjam dan pemberi pinjaman. Bagi pemberi pinjaman, ini merupakan peluang untuk memutar uang. Mereka dapat membeli hanya satu slot atau beberapa slot sesuai budget," jelasnya.
Gradana, tambah Freenyan, didirikan oleh para profesional di bidang perbankan dan real estate sehingga sangat memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh calon konsumen properti di Indonesia seperti uang muka yang terlalu besar, sertifikat yang bermasalah, pengembang bodong, dan lain-lain.
"Sertifikat, misalnya. Status dan nama sertifikat perlu diperhatikan karena dampaknya bisa panjang. Sertifikat yang belum dipecah bisa berakibat pemilik rumah serba sulit kedepannya. Sulit untuk menjual kembali unit rumah tersebut dan bahkan sulit juga apabila ingin pindah KPR ke bank lain yang bunganya lebih baik," ucap Freenyan.
Untuk itu, Gradana membantu dengan melakukan proses due diligence para rekanan pengembang di muka untuk memastikan sudah pecah atau sudah dalam proses pemecahan. "Saat ini kami sudah bekerja sama dengan 10 pengembang terverifikasi yang tersebar di berbagai lokasi di Jabodetabek dan Bandung dan masih ada puluhan lagi yang saat ini sedang dalam tahap verifikasi dan penandatanganan kerja sama," tutupnya.
Terkait legalitas, sebagai sebuah platform yang menghimpun dana publik, Gradana sangat menyadari pentingnya legalitas dari pemerintah agar masyarakat tidak tertipu oleh investasi bodong. Freenyan menegaskan bahwa perusahaan tersebut telah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga sangat aman untuk berinvestasi.
"Kami ingin mengedukasi masyarakat agar tidak tergiur dengan penawaran yang tidak logis. Kalaupun masih masuk akal, harus dicek dulu apakah sudah diawasi otoritas terkait atau belum. Unsur legalitas sangat perlu karena mengindikasikan transparansi dari perusahaan atau lembaga crowdfunding tersebut," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: