Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Uang Digital Rambah Industri Musik, Energi, dan E-Commerce

Uang Digital Rambah Industri Musik, Energi, dan E-Commerce Suasana Ducatus Cafe, cafe pertama non tunai yang menerima 'cryptocurrency' seperti Bitcoin, di hari pembukaan di Singapura, Kamis (21/12). | Kredit Foto: Reuters/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masih ingat saat toko musik Aquarius harus menutup tokonya pada 2013 lalu karena kalah bersaing dengan layanan musik digital? Ternyata, persaingan di industri musik tidak berhenti sampai di situ. Baru-baru ini, Boogie Shack Music Group memanfaatkan mata uang digital (Cryptocurrency: bitcoin, etherium, ICO) sebagai alat pembayaran bagi penggemar musik di Amerika Serikat.

Perusahaan telah bekerja sama dengan beberapa artis, seperti Lil Wayne, Birdman, Drake, Kanye West, Chris Rene, Prince Lefty, dan Rich Tycoon, untuk menjual karya-karya artis tersebut sehingga para penggemar bisa membelinya dengan menggunakan mata uang digital. Langkah ini dipercaya akan membuat industri musik memasuki babak baru setelah langkah revolusi iTunes Music pada 2001 lalu.

Tidak hanya sampai di situ, Boogie Shack juga menggandeng Tao Network, sebuah platform konten musik berbasis blockchain, untuk menciptakan koin (Symbol XTO) yang akan digunakan dalam transaksi antara penggemar musik dan perusahaan.

Ide ini muncul dari sang pendiri perusahaan, Hakim, yang tidak lain adalah putra dari musisi dan komposer jaz ternama Ray Draper. Hakim juga pernah bekerja di beberapa perusahaan top 500 versi Fortune, seperti Agile Software dan Ariba Technologies.

Nantinya, setiap artis akan memilih mata uang digitalnya masing-masing. Artis dan para penggemarnya akan berkolaborasi mulai dari pembelian lagu, merchandise, hingga tur musik. Masing-masing penggemar akan diberi akses berbeda terhadap artisnya, sesuai dengan penghargaan dan transaksi berbasis uang digital.

Selain industri musik, mata uang digital juga mulai merambah industri energi. Operator sistem transmisi listrik asal Eropa, Tennet, menggunakan teknologi blockchain (buku besar digital terdesentralisasi yang mencatat semua transaksi mata uang digital) yang dikembangkan International Business Machines (IBM) untuk menyalurkan listrik ke produsen baterai solar Sonnen GmbH pada awal November lalu.

Blockchain juga digunakan oleh perusahaan energi asal Jerman, Wien Energie, untuk transaksi jual-beli gas menggunakan mata uang digital pada Oktober lalu. Perusahaan membeli gas dari suplayer Denmark melalui penyedia platform blockchain Enerchain Gas.

Transaksi gas dengan menggunakan teknologi blockchain ini merupakan yang kedua di dunia, setelah sebelumnya produsen minyak asal Eropa, British Petroleum dan Eni, perusahaan konsultan Ernst & Young dan perusahaan rintisan blockchain BTL melakukan transaksi jual beli gas pada awal tahun 2017.

Di industri e-commerce, beberapa pelaku industri seperti Alipay tengah menjajaki penggunaan mata uang digital. Ingat saat Apple merilis ipod pada 2001 dan iphone pada 2007? Pada rentang waktu itu, pengguna harus membawa dua gawai untuk menikmati musik dan berkomunikasi secara aman. Idenya adalah menggabungkan alat pembayaran yang aman di dalam perangkat ponsel pintar.

Sampai saat ini, Bitcoin masih menjadi mata uang digital yang paling banyak digunakan. Dalam lima tahun terakhir, nilai mata uang Bitcoin terus melambung dari setara US$12 menjadi US$8000.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: