Masyarakat Indonesia-Australia Miliki Karakter Finansial Berbanding Terbalik
Vice General Secretary AFTECH Indonesia Ari Awan menyatakan bahwa Indonesia dan Australia memiliki karakteristik pasar yang jauh berbeda. Jika masyarakat Indonesia masih banyak yang masuk ke dalam kategori unbanked, Australia justru overbanked.
"Untuk itu, masing-masing negara dapat menawarkan kesempatan untuk bertukar pengalaman dan Informasi dalam upaya mendorong pertumbuhan industri Fintech di negara masing-masing," ujar Ari dalam Indonesia Australia Digital Forum, Rabu (31/1/2018) yang digelar di Jakarta.
Simon Cant, Founder Partner FinTech Australia juga mengungkapkan bahwa kondisi negaranya memiliki sistem keuangan yang sudah mapan, mulai dari layanan seperti manajemen aset, AI, pembayaran real time hingga regulasi. llmu dan pengalaman sejalan dengan hal ini tentu bisa dibawa dan dibagikan ke Indonesia.
Untuk itu, kata Simon, FinTech Australia berkomitmen untuk meneruskan inisiatif yang baik ini. Industri tekfin di Australia tumbuh pesat, dari 100 perusahaan tekfin di tahun 2015, saat ini jumlahnya mencapai 600 perusahaan tahun lalu.
"FinTech Australia melihat potensi besar yang ditawarkan oleh Indonesia. Seperti Cina yang saat ini memimpin dalam hal sistem layanan pembayaran mobile," ungkap Simon.
Dengan masih banyaknya masyarakat yang masuk ke dalam kategori unbanked, menurut Simon, Indonesia dianggap memiliki potensi besar untuk mengembangkan layanan tekfin dan menawarkan solusi untuk membantu kelompok masyarakat tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah