Daerah perdesaan di Pulau Bali mengalami inflasi sebesar 1,04 persen selama Januari 2018, atau lebih rendah 0,18 persen daripada inflasi perdesaan tingkat nasional pada bulan yang sama sebesar 1,22 persen.
"Inflasi perdesaan Bali tersebut dominan dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Minggu (4/2/2018).
Dari 32 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, seluruh daerah di Nusantara mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 2,11 persen dan terendah di Kalimantan Timur 0,4 persen.
Inflasi daerah perdesaan di Bali akibat naiknya harga barang hampir pada semua kelompok pengeluaran. Kenaikan harga paling tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,11 persen, menyusul kelompok sandang 0,79 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,72 persen.
Selain itu juga meningkatnya biaya kelompok kesehatan 0,32 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,18 persen, kelompok perumahan 0,14 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,11 persen.
Adi Nugroho menambahkan, nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan dan daya beli petani di daerah perdesaan. Selain itu juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga maupun serta biaya produksi pertanian.
NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani sehingga makin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani. Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali pada Januari 2018 tercatat 103,48 persen, menurun 0,43 persen dibanding bulan sebelumnya 103,3 persen.
Dari sisi indeks yang diterima petani (lt) mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen dari 130,64 persen menjadi 131,14 persen. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (lb) juga mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen dari 125,70 persen menjadi 126,73 persen.
Dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali, terdiri atas dua subsektor mengalami kenaikan dan tiga subsektor pengalami penurunan. Dua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi tanaman pangan 2,24 persen dan perikanan 0,11 persen.
Sementara itu, tiga subsektor yang mengalami penurunan yakni hortikultura 0,21 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,55 persen dan subsektor peternakan 1,59 persen, ujar Adi Nugroho. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah