Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Thailand Harapkan 300.000 Turis China Selama Imlek

Thailand Harapkan 300.000 Turis China Selama Imlek Kredit Foto: Antara/Stringer
Warta Ekonomi, Bangkok -

Badan pariwisata Thailand mengharapkan 300.000 pengunjung dari China selama liburan Tahun Baru Imlek, meningkat hampir 18 persen dari tahun lalu.

Selama liburan yang sama di tahun 2017, jumlah pengunjung dari China terkena tindakan keras pemerintah Thailand terkait dengan anggaran pariwisata dan masa berkabung bagi raja Thailand.

Pariwisata menyumbang sekitar 12 persen produk domestik bruto di negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, menjadikannya salah satu pendorong pertumbuhan yang paling penting. Jumlah terbesar pengunjung asing berasal dari China.

Turis China selama periode Tahun Baru Imlek, yang tahun ini dimulai pada 15 Februari dan berlangsung hingga 21 Februari, akan menghasilkan sekitar 8 miliar baht ($253,9 juta) pendapatan," Santi Chudintra, seorang wakil gubernur di Otoritas Pariwisata atau Thailand Tourism Authority of Thailand (TAT) mengatakan kepada awak media pada hari Senin (5/2/2018), sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (5/2/2018).

Pada tahun 2017, sekitar 255.000 wisatawan China berkunjung pada saat Tahun Baru Imlek. Kementerian Pariwisata Thailand mengatakan bulan lalu pihaknya memperkirakan kedatangan turis tahun ini mencapai rekor 37,55 juta, dengan total belanja sebesar 2,1 triliun baht.

Turis China, yang menyumbang hampir sepertiga dari rekor tahun lalu 35 juta pendatang, diperkirakan akan meningkat tahun ini menjadi sekitar 10 juta dari 9,8 juta. Thailand telah menjadi semakin populer dengan turis China dalam beberapa tahun terakhir. Negara ini juga merupakan rumah bagi salah satu komunitas etnis Tionghoa terbesar di dunia.

Pada akhir 2016, Thailand melancarkan tindakan keras terhadap paket wisata "nol dolar" sebuah pengaturan di mana para wisatawan membayar segala sesuatu di muka dan dalam teori tidak membelanjakan apapun saat berada di negara tersebut. Kementerian pariwisata mengatakan bahwa kampanye tersebut, yang berakhir pada 2017 dan pemerintah telah berhasil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: