Harga minyak AS ditutup menguat ke tingkat tertinggi dua pekan pada Rabu (21/2/2018) pagi WIB menyusul laporan penurunan persediaan di sebuah pusat penyimpanan utama di negara tersebut.
Data terbaru dari perusahaan intelijen pasar Genscape menunjukkan bahwa persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah AS, turun 2,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 16 Februari, menurut Reuters.
Minyak AS juga didukung ekspektasi bahwa produsen-produsen minyak terkemuka OPEC dan non-OPEC dapat memperpanjang kerja sama hingga melewati tahun 2018.
Produsen-produsen minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC, termasuk Rusia, akan membahas perpanjangan kerja sama untuk jangka waktu yang lebih lama lagi ketika mereka bertemu pada Juni, karena mereka berusaha menghindari guncangan-guncangan di pasar utama, Menteri Energi Uni Emirat Arab dan Presiden OPEC Suhail al-Mazroui mengatakan kepada Reuters.
Sementara Brent jatuh di bawah tekanan dari dolar AS yang lebih kuat. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, meningkat 0,58 persen menjadi 89,717 pada akhir perdagangan Selasa (20/2). Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 22 sen AS menjadi menetap di 61,90 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman April, turun 57 sen AS menjadi ditutup pada 65,25 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil