Kunjungan turis Myanmar naik 18 persen tahun lalu menjadi 3,44 juta pengunjung, meskipun ada kecaman internasional atas perlakuan terhadap populasi Muslim Rohingya oleh pemerintah Myanmar.
Kementerian Pariwisata dan Pariwisata Myanmar menyatakan telah memperkirakan sekitar 3,5 juta pengunjung tahun lalu, setelah jumlah kedatangan merosot menjadi 2,9 juta pada 2016 dari 4,7 juta dalam 12 bulan sebelumnya.
"Saya pikir jumlahnya meningkat saat kami mengadakan banyak acara promosi, dan pemerintah telah mengizinkan wisatawan untuk melakukan perjalanan ke daerah yang sebelumnya terlarang," tutur U Myint Htwe, wakil direktur jenderal kementerian Myanmar, dalam sebuah wawancara, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Kamis (22/2/2018).
Namun, data yang bisa diandalkan di Myanmar bisa sulit didapat. Pada bulan Desember, kualitas statistik perbankan negara dipertanyakan oleh Bank Dunia. Sekitar 700.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan Negara Rakhine Myanmar ke negara tetangga Bangladesh sejak Agustus tahun lalu ketika gerilyawan dari Angkatan Bersenjata Rohani Arakan menyerang 25 pos polisi dan tentara, menewaskan selusin petugas keamanan Myanmar.
Militer menanggapi dengan apa yang mereka sebut sebagai "operasi pembersihan," dengan laporan pasukan keamanan dan warga Buddha tanpa pandang bulu menyerang orang Rohingya dan membakar desa mereka. Pada bulan November, Sekretaris Negara A.S. Rex Tillerson mengutuk perlakuan Myanmar terhadap Rohingya sebagai sebuah upaya "pembersihan etnis."
"Kami memperkirakan 3,5 juta pada 2017 namun kami hanya menerima 3,44 juta karena bencana alam dan H1N1," tutur Myint Htwe, dengan menambahkan bahwa dampak konflik di bagian utara negara bagian Rakhine terbatas karena ini bukan tujuan wisata utama oleh para turis.
"Kami harapkan lebih dari 3,44 juta tahun ini," tukasnya.
Pada tahun 2015, World Travel & Tourism Council memperkirakan bahwa sektor perjalanan dan pariwisata Myanmar akan tumbuh sebesar 8,4 persen pada tahun 2025 untuk menjadi kontributor nomor satu negara untuk produk domestik bruto. Sebuah laporan pada 2013 tentang Myanmar oleh McKinsey Global Institute, memperkirakan bahwa pariwisata dapat menyumbang $14,1 miliar untuk ekonomi Myanmar pada tahun 2030 dan mempekerjakan sekitar 2,3 juta orang.
"Pariwisata pada 2017 dipastikan berdampak pada keseluruhan pasar, terutama yang berkaitan dengan pengunjung dari Eropa," ungkap Enrico Cesenni, CEO Myanmar Strategic Holdings Ltd, yang memiliki investasi di sektor hotel dan pariwisata di Myanmar.
"Hal yang baik adalah kita mengalami lebih banyak pengunjung dari negara-negara ASEAN," imbuhnya.
"Negara-negara Asia Utara seperti China, Jepang dan Korea, juga membawa lebih banyak wisatawan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo