Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku mencatat inflasi Maluku pada Februari 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran.
"Pada Februari 2018, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Maluku tercatat sebesar 0,64 persen (mtm), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi pada bulan sebelumnya yang mencapai 0,58 persen (mtm)," kata Andy Setyo Biwado kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Maluku, Minggu (4/3/2018).
Secara tahunan, lanjutnya, inflasi IHK Maluku tercatat 2,35 persen (yoy) atau berada dalam kisaran sasaran inflasi 2018 sebesar 4 persen tambah kurang 1 persen (yoy).
Angka inflasi Februari 2018 dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan pada semua komponen inflasi terutama komponen Volatile Food (VF) sejalan dengan meningkatnya harga kelompok bahan makanan yaitu subkelompok padi-padian dan ikan segar.
Dia mengatakan, inflasi komoditas beras dipicu oleh kelangkaan beras kualitas medium. Sementara inflasi ketela merupakan efek domino dari peralihan konsumsi masyarakat akibat mahalnya harga beras.
"Gelombang tinggi dan larangan melaut oleh BMKG membatasi ketersediaan ikan segar di pasar. Kondisi ini mendorong pedagang pengumpul menaikan harga jual ikan segar," ujarnya.
Hingga saat ini penjualan ikan segar di pasar tradisional hanya mengacu kepada ukuran, belum menggunakan timbangan. Hal ini menyulitkan dalam mengontrol harga.
Menurutnya, kelompok Administered Prices (AP) mencatatkan inflasi hingga 0,18 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar -1,28 persen (mtm).
Angkatan udara menunjukan adanya peningkatan tekanan inflasi di Kota Ambon sebesar 2,22 persen (mtm), sedangkan di Kota Tual tercatat mengalami deflasi sebesar 6,09 persen (mtm).
Sementara subkelompok biaya tempat tinggal menjadi penahan tekanan inflasi untuk kelompok AP, terutama komoditas besi beton yang mengalami deflasi 7,2 persen (mtm).
Komponen inflasi inti juga mencatatkan inflasi pada Februari 2018, sebesar 0,30 persen (mtm), lebih rendah dibanding capaian inflasi inti pada bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,39 persen (mtm).
Komoditas sandang dan kesehatan menjadi penyumbang utama komponen inflasi inti, masing-masing sebesar 0,86 persen(mtm)dan 0,70 persen (mtm). Sementara kelompok makanan jadi terpantau masih cukup stabil.
"Mencermati perkembangan inflasi Februari 2018, kegiatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Maluku difokuskan pada pengendalian kenaikan harga beras kualitas medium. TIM TPID Maluku bersama Devisi Regional Bulog Maluku/Maluku Utara sejak Januari 2018 telah melakukan intervensi harga beras kualitas medium dalam bentuk pasar murah dan akan dilanjutkan hingga akhir Maret 2018," ujarnya.
TPID Maluku bersama BI Maluku juga telah menyelenggarakan peningkatan kapasitas (capacity building) tentang inflasi kepada seluruh Wali Kota dan Bupati di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Selanjutnya, capacity building tentang inflasi rencananya juga akan diberikan kepada tim teknis TPID Kota/Kabupaten di wilayah Maluku.
Andy mengatakan, ke depan inflasi diperkirakan akan tetap berada pada sasaran inflasi 2018 yaitu 4 persen tambah kurang 1 persen (yoy).
Koordinasi kebijakan antara Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), Bulog, Pertamina, dan BI Maluku yang tergabung dalam TPID Maluku akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food serta kemungkinan penyusuaian harga beberapa komoditas di kelompok administered prices. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah