Harga minyak dunia turun pada akhir perdagangan Selasa (13/3/2018) pagi WIB, karena para investor bergulat dengan kekhawatiran mengenai meningkatnya produksi AS dan pasokan OPEC yang ketat.
Sementara itu, data minggu lalu menunjukkan bahwa para spekulan mengurangi taruhan tentang minyak, menyatakan penjualan lebih banyak dapat dilihat.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, turun 54 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap di 64,95 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 68 sen atau 1,1 persen, menjadi berakhir pada 61,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Para "hedge fund" dan manajer uang mengupas taruhan "bullish" mereka terhadap minyak mentah AS, karena "long positions" jatuh pada minggu lalu untuk pertama kalinya dalam tiga minggu. "Short positions" bruto di New York Mercantile Exchange naik ke level tertinggi mereka dalam hampir sebulan.
Itu telah melemahkan beberapa antusiasme untuk minyak, karena para investor mempertimbangkan peningkatan pasokan AS melawan kemungkinan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC akan mempertahankan pemangkasan pasokan yang telah berlaku selama lebih dari satu tahun.
"Pasar terus bergulir bolak-balik pada gagasan bahwa meningkatnya permintaan global dan penurunan produksi akan mendukung harga ... namun produksi AS, dan tingkat produksi Amerika Utara pada umumnya, akan meniadakan banyak dampak dari itu," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan pada Jumat (9/3) bahwa perusahaan-perusahaan energi minggu lalu mengurangi rig minyak mereka untuk pertama kalinya dalam hampir dua bulan.
Namun, Amerika Serikat sekarang adalah negara produsen minyak mentah nomor dua dunia, di depan eksportir utama Arab Saudi.
"Kami mempertahankan sikap perdagangan 'bearish' untuk mengantisipasi kisaran di WTI antara sekitar 58 dolar AS hingga 63 dolar AS," Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Sementara data pekerjaan yang menguntungkan pada Jumat (9/3) dan penurunan rig minyak, mungkin menunjukkan uji coba sisi tinggi kisaran yang diharapkan ini, kita masih melihat risiko penurunan harga melebihi itu ke sisi positif," katanya.
Pada Minggu (11/3), menteri minyak Iran Bijan Zanganeh mengatakan bahwa OPEC dapat menyetujui pada Juni untuk mulai mengurangi hambatan-hambatan produksi saat ini pada 2019, Wall Street Journal melaporkan.
Juga pada Minggu (11/3), pejabat Saudi mengatakan mereka akan menunda penawaran umum perdana Saudi Aramco sampai 2019.
Rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) minggu ini, mengingat potensi dampaknya terhadap dolar, bisa jadi penting, kata Bill Baruch, presiden Blue Line Futures di Chicago. Dolar cenderung memiliki hubungan terbalik dengan harga minyak, karena pelemahan greenback membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: