Industri semen Tanah Air tahun 2017 lalu mengalami tantangan yang cukup berat. Bahkan, 3 raksasa semen di Indonesia mengalami penurunan keuntungan cukup dalam.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan hal tersebut terjadi lantaran sektor properti masih menurun dan mempengaruhi permintaan semen. Bahkan, pada 2015 hingga 2017 beberapa perusahaan semen mengalami oversupply karena produksinya tidak terserap pasar.
"Perkembangan penjualan properti residensial masih rendah di akhir tahun 2017. Data terakhir survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan penjualan rumah di kuartal IV 2017 mencapai 3,05% (qtq) lebih rendah dibanding triwulan IV 2016 yakni 5,06%," katanya kepad Warta Ekonomi, Senin (26/3/2018).
Lebih lanjut dirinya mengatakan hal tersebut dipengaruhi oleh masih tingginya bunga KPR, sedangkan 75,9% masyarakat membeli rumah menggunakan KPR, hanya 7,3% yang tunai. Jadi, sensitivitas antara bunga KPR dan permintaan properti sangat tinggi.
Indikator lain, lanjut Bhima, rendahnya permintaan properti juga terlihat dari penjualan riil perlengkapan rumah tangga, yakni barang-barang durable masih tumbuh negatif, -10% (yoy) per Januari 2018 dan -3,1% (mtm). Sementara di sisi yang lain, pembangunan infrastruktur terbukti tidak berkorelasi positif terhadap kenaikan permintaan semen.
"Jumlah proyek yang selesai dari 245 PSN baru di bawah 10%. Sisanya masih planning atau perencanaan sekitar 40%," tambahnya.
Sebagai catatan, beberapa perusahaan semen, seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mengalami penurunan laba hingga 55,45% menjadi Rp2,01 triliun. Kemudian, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang mengalami penyusutan keuntungan 51,94% di 2017 menjadi Rp1,85 triliun, seakan tidak mau kalah PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) juga mengalami penurunan laba dari Rp259,09 miliar di 2016 menjadi Rp146,59miliar di 2017.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah