Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa pemblokiran akses Facebook di Indonesia bukanlah solusi terkait bocornya dana pribadi jutaan pengguna media sosial itu belum lama ini.
"Blokir tidak akan bisa menyelesaikan akar masalah yang sesungguhnya, dampak yang ditimbulkan justru semakin buruk," kata Bambang di Jakarta, Senin (9/4/2018), menanggapi rencana pemerintah untuk memberikan sanksi blokir kepada Facebook.
Dia meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersikap bijaksana sehingga tidak asal blokir namun menemukam solusi yang solutif.
Hal itu, menurut dia, karena Facebook sudah memberi manfaat untuk masyarakat misalnya banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bertumpu pada media sosial tersebut.
"Masyarakat membuat lapak digital untuk melakukan transaksi dari komoditas yang terdekat dengan mereka," ujarnya.
Bambang yang juga politisi Partai Golkar itu menilai Facebook sejak awal sudah mampu memberikan pasar sederhana untuk rakyat mengembangkan usaha.
Dia menilai masyarakat tidak hanya bertransaksi tapi juga promosi dan membangun reputasi dari sana sehingga tidak mungkin semuanya harus gulung tikar karena persoalan kebocoran data.
"Memang saat ini sudah banyak pilihan marketplace di Indonesia, transaksi juga jauh lebih aman daripada Facebook yang hanya sekadar media sosial," katanya.
Namun, dia menilai dengan populasi pengguna Facebook dari Indonesia yang besar yaitu sekitar 130 juta akun atau 6 persen dari pengguna global, UMKM tidak akan pernah bisa meninggalkan Facebook sepenuhnya karena dia sudah menjadi pusat aktivitas digital masyarakat.
Selain itu Bambang mengakui persoalan kebocoran data pengguna adalah masalah serius dan Facebook selama ini tidak pernah transparan.
"Baru setelah data pengguna bocor dan dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica, praktik tidak terpuji Facebook selama ini akhirnya terbongkar," ujarnya.
Namun dia berpandangan semua data tersebut tetap pribadi dan Facebook tidak bisa serta merta mengambilnya untuk kepentingan di luar persetujuan pengguna langsung sehingga hal itu yang harus kita permasalahkan dan minta pertanggungjawabannya kepada Facebook.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil