Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kartini Indonesia Ikuti Ajang EY Enterpreneurial Winning Women se-Asia Pasifik

Kartini Indonesia Ikuti Ajang EY Enterpreneurial Winning Women se-Asia Pasifik Kredit Foto: Ernst & Young (EY) Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ernst & Young (EY) Indonesia mengirimkan seorang Kartini dari Indonesia, Elidawati yang merupakan CEO Elcorps, untuk mengikuti ajang EY Enterpreneur Winning Women (EWW) Asia Pasifik yang akan digelar di Tokyo, Jepang, 28-30 Mei 2018. Elidawati sebagai class of winners dari EY EWW Indonesia di tahun 2016 adalah satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang berpartisipasi dalam event bergengsi tahunan tersebut.

Elidawati terpilih karena kekuatannya sebagai wirausaha perempuan. Dimulai pada 2011 dengan brand busana muslim bernama Elzatta, saat ini bisnis Elidawati sudah merambah tidak hanya fesyen hijab, tapi juga ke busana pria, kuliner, dan pakaian olahraga muslim. Saat ini Elidawati memiliki 184 outlet di bawah PT Bersama Zatta Jaya yang memiliki beberapa brand, serperti Dauky, Elzatta, Zatta, Hassana, dan Aira.

Selain Elidawati, turut hadir pula 22 class of winners EWW dari Malaysia, Singapura, Filipina, Srilanka, Australia, Selandia Baru, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Seluruhnya merupakan perempuan wirausaha pilihan yang memiliki usaha yang telah berkembang dan memberikan dampak di lingkungannya.

Dalam konferensi yang berlangsung selama tiga hari tersebut, perwakilan dari masing-masing negara akan bertemu dengan jaringan bisnis di level internasional. Pemilik bisnis fesyen muslimah Elzatta bersama dengan 22 perempuan lainnya juga akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan akses lebih baik di permodalan usaha bagi bisnis mereka.

Julianingsih Tan, Chief Financial Officer EY Indonesia optimis bahwa tantangan yang dihadapi oleh pengusaha perempuan dapat diatasi. EY melihat potensi kekuatan yang sangat besar dari para perempuan wirausaha. Oleh sebab itu, melalui program EWW, EY berupaya untuk memaksimalkan skill dan talenta pengusaha perempuan. Tahun ini, EY akan kembali mencari wirausaha perempuan lainnya di ajang EY Entrepreneurial Winning Women 2018 bekerja sama dengan Perempuan Wirausaha Femina, Forbes Indonesia, Financial Club Jakarta, dan Alleira.

"Melalui program ini, kami memberdayakan perempuan pengusaha untuk berpikir lebih luas, mendapatkan jaringan, belajar dari rekan-rekan mereka, dan menemukan mentor. Ini akan membantu bisnis mereka, mengelola tantangan, dan meningkatkan kemakmuran (keuntungan)," ujarnya dalam siaran pers tertulis, Jumat (20/4/2018).

Sesuai dengan jiwa Kartini, kesetaraan gender perlu dirayakan dengan terus memberikan motivasi dan dorongan kepada perempuan untuk berkarya dan berkembang. Studi terbaru Ernst & Young (EY) yang berjudul "Can ASEAN Move Forward If Women Are Left Behind?" membahas kesuksesan bisnis dari wirausaha perempuan di ASEAN yang semakin mempengaruhi ekonomi regional.

Terlepas dari keragaman budaya dan perkembangan sosio-ekonomi, ditemukan beberapa faktor yang mendorong kemajuan ekonomi dan bisnis yang diprakarsai oleh perempuan, yakni (1) keseimbangan gender telah berubah seiring dengan peran perempuan yang semakin penting baik dalam lingkup pribadi maupun bisnis; (2) keterampilan soft-skill seperti kreativitas dan empati yang dimiliki perempuan sangat mendukung transformasi dalam disrupsi digital di dunia bisnis; dan (3) meningkatnya akses akan pembiayaan dan sumber daya dalam mendukung pertumbuhan wirausaha sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi negara.

Salah satu temuan dari studi itu melihat terjadinya peningkatan keragaman gender untuk para petinggi dan dewan perusahaan dengan proporsi jumlah direktur perempuan yang terus tumbuh. Malaysia memimpin pasar berkembang ASEAN dengan perempuan memenuhi 12,5% anggota dewan pada 2016, diikuti oleh Indonesia 11,1%, dan Singapura 7,7%.

Sementara itu, laporan Gender Global Gender World Economic Forum (WEF) melaporkan indeks yang mengukur kesenjangan berbasis gender dan melacak kemajuan mereka dari waktu ke waktu. Indeks yang menjadi tolok ukur kesenjangan gender adalah empat bidang utama: ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik. Partisipasi Ekonomi dan Peluang Subindex mengukur partisipasi ekonomi, kesenjangan upah, dan kemajuan. Dalam indeks ini, Indonesia menempati urutan terendah di antara negara-negara ASEAN, yaitu 108 (Laos 22, Thailand 24, Filipina 25, Myanmar 26, Singapura 26, Vietnam 33, Kamboja 56, Brunei 61, Malaysia 87).

"Kami yakin banyak perempuan di Indonesia yang dapat menjadi sumber pengetahuan, kreativitas, dan peningkatan ekonomi. Inspirasi dan gerakan semacam ini yang kami rasa diinginkan oleh R.A. Kartini agar perempuan juga memiliki peran yang sama penting untuk kemajuan bangsa," tambah Julianingsih Tan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: