Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat membentuk Desa Sadar penanggulangan Tuberkulosis (TB)sebagai upaya memberantas penyakit TB yang merupakan penyakit menular.
"Pembentukan desa sadar Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu strategi bagaimana meningkatkan peran masyarakat dalam penanggulangan TB di Provinsi Sulbar," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, Ahmad Azis di Mamuju, Jumat.
Ia mengatakan, sejak 1993 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan, walaupun strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB.
"Tetapi beban pengendalian TB di masyarakat masih sangat tinggi, dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2013, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB dan sekitar 0,5 Juta orang meninggal karena TB diseluruh dunia berdasarkan data WHO tahun 2009," katanya.
Selain itu pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat, TB pada anak dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi.
Penyakit tuberculosis juga masih merupakan masalah bersar di Provinsi Sulbar, hal ini disebabkan oleh masih rendahnya penemuan penderita TB yakni 1609 dari yang ditargetkan sebanyak 2.154.
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam penjaringan TB dianggap salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka penemuan ini.
Oleh karena itu kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, mengatakan, pembentukan desa sadar TB merupakan salah satu strategi bagaimana meningkatkan peran masyarakat dalam penanggulangan TB.
Menurut dia, melalui Desa Sadar TB kita berharap penjaringan penderita TB dan pemutusan rantai penularan kuman TB disuatu wilayah dapat dilakukan sekaligus meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB.
Provinsi Sulbar yang menurut data dari Kementerian Pembangunan Daerah Terpencil masih merupakan provinsi tertinggal adalah provinsi ke 33 dengan jumlah penduduk sebanyak 1,5 juta jiwa, keadaan geografis serta kondisi pencapaian derajat hidup masyarakat Sulbar masih rendah termasuk dalam hal pencapaian kesejahteraan kesehatan, hal ini dianggap penyebab ketertinggalan tersebut.
"Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan, minimnya sarana pelayanan kesehatan serta masih rendahnya kemampuan tenaga pengelola kesehatan dalam hal penyakit tertentu termasuk penyakit Tuberkulosis adalah pekerjaan rumah," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Gito Adiputro Wiratno
Tag Terkait: