Podium Shell Eco-Marathon Asia 2018 dikuasai oleh pembalap asal Indonesia. Mereka adalah Tito Setyadi Wiguna untuk Tim Semar Urban 3.0 dari Universitas Gajah Mada (UGM), disusul Muhammad Hafiz Habibi untuk Sapuangin Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Fauzi Achmad Prapsita untuk Tim Garuda Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Tidak hanya tiga tim tersebut yang berjaya, dari 26 tim yang mewakili 20 perguruan tinggi Indonesia untuk ajang tersebut, total ada lima tim yang meraih penghargaan. Selain tiga tim tersebut, dua lainnya adalah Nogogeni ITS Team 1 juga dari ITS, satu lagi Bumi Siliwangi Team 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Lima penghargaan ini menjadi yang terbanyak dalam kompetisi yang diikuti oleh perguruan tinggi se-Asia ini.
Kemenangan besar ini mengantarkan All Indonesian Team sebagai juara Drivers World Championship (DWC) Asia yang digelar di Singapura dengan tajuk, #shellecomarathon pertengahan Maret 2018 lalu. Selanjutnya mereka akan bersaing dengan tim-tim dari Amerika dan Eropa di kompetisi adu cepat mobil hemat energi di DWC Final yang akan digelar di London pada Juli 2018 mendatang.
Setelah teruji, kemampuan tim Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Tim Semar UGM selain finis pertama, juga memenangkan kategori Urban Concept atau yang paling efisien dengan menyisakan 0,9% bahan bakar. Sementara Tim Sapuangin ITS merebut juara pertama untuk kategori Urban Concepts-Internal Combustion Engine (ICE), dengan menghadirkan satu mobil di kelas Urban Gasoline.
Ucapan selamat datang dari Country Chairman dan Presiden Direktur PT Shell Indonesia, Darwin Silalahi. Dia sangat bangga dengan pencapaian luar biasa tersebut. Menurutnya itu adalah bukti nyata bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif, tidak hanya di regional, tapi juga di tingkat global.
Lebih penting dari gelar juara, kompetisi tersebut bertujuan untuk memberi inspirasi kepada para peserta untuk menjadi ilmuwan dan insinyur di masa depan, demi mewujudkan #energimasadepan dan #makethefuture. Diharapkan mereka mampu menemukan kendaraan yang dapat melampaui batas-batas efisiensi energi. Dimana kemampuan tersebut telah diuji pada kendaraan hasil rancangan dan buatan mereka.
Sebab salah satu tantangan terbesar untuk kendaraan saat ini adalah bagaimana menjaga lingkungan tetap bersih dengan menekan pengeluaran gas karbondioksida (CO2) agar lebih sedikit. Sebab penggunaan energi untuk kendaraan terus meningkat akibat urbanisasi, pertumbuhan penduduk, dan revolusi digital serta mobilitas yang terus berlanjut. Di Asia sendiri tingkat konsumsi atau permintaan energi tumbuh dan berkembang sangat cepat.
Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Shell, permintaan akan energi global, air dan pangan diperkirakan akan meningkat 40-50% pada 2030, karena meningkatnya pertumbuhan dan kebutuhan penduduk. Hal ini akan memberikan tekanan besar terhadap sumber daya vital, karena energi digunakan untuk memindahkan dan mengolah air, sementara air dibutuhkan untuk menghasilkan energi, dan energi maupun air diperlukan dalam produksi makanan.
Karena itu perlu adanya sumber energi baru terbarukan. Tahun 2050 mendatang diperkirakan 30% energi global akan disuplai dari renewable energi sources, dimana sekarang baru 13%. Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen untuk membantu mengatasi tantangan tersebut, Chell menginvestasikan lebih dari US$100 miliar dari tahun 2011 hingga 2014 untuk mengembangkan energi baru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: