PT Bank BRIsyariah Tbk resmi tercatat sebagai emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode efek BRIS. BRI Syariah adalah emiten ke-11 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada tahun 2018.
Direktur Utama BRI Syariah Moch Hadi Santoso mengatakan pihaknya senang dan bersyukur dapat mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada hari ini.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada seiuruh investor yang telah berpartisipasi atas kepercayaannya kepada BRI Syariah, pihak terkait yang telah bekerja sama selama proses IPO, serta pimpinan dan karyawan BRI Syariah atas kerja kerasnya," katanya di Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Ketika perdana diperdagangkan, saham BRI Syariah langsung naik 90 poin atau 17.65% ke posisi Rp600 per saham dengan frekuensi perdagangan sebanyak 213 kali, volume perdagangan 72.266 lot senilai Rp4,29 miliar.
BRI Syariah melepas 2.623.350.600 lembar saham baru atau sebesar 27 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh di harga sebesar Rp510 per saham. Dengan harga tersebut, BRI Syariah berhasil mencatatkan oversubscribe sebanyak dua kali. BRl Syariah menunjuk empat penjamin pelaksana emisi atau joint lead underwriters, yaitu Bahana Sekuritas, CLSA Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan IndoPremier Sekuritas untuk proses IPO ini.
Dengan kekuatan modal BRI Syariah dan didukung dengan dana hasiI IPO serta laba perusahaan pada tahun 2018 dapat menempatkan BRI Syariah daIam bank kategori BUKU III. Dengan demikian, akan memberi kemudahan dalam pengembangan produk dan jaringan.
"Bersama dengan sinergi dari induk perusahaan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), seIuruh strategi tersebut adalah kekuatan perseroan untuk dapat mencapai visi menjadi bank syariah dan bank ritel modern yang terbesar di Indonesia," ujarnya.
Ia mengatakan BRI Syariah telah berhijrah menjadi perusahaan publik di mana pihaknya akan konsisten mempraktikkan good corporate governance (GCG) yang baik dan meningkatkan manajemen risiko.
Adapun, dana segar yang diperoleh dari IPO ini, Hadi lebih detail mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen akan digunakan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. Selanjutnya, sekitar 12,5 persen digunakan untuk pengembangan sistem teknologi informasi, dan sekitar 7,5 persen untuk pengembangan jaringan kantor cabang dari Sabang (Sumatera) sampai Merauke (Papua).
"Kami ingin menjadi game changer bagi perbankan syariah melalui akselerasi ekspansi bisnis syariah, terutama dalam peningkatan pembiayaan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: