Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taktik Lobi Polisi di Mako Brimob untuk Jamin Keamanan Tiga Agenda Besar

Taktik Lobi Polisi di Mako Brimob untuk Jamin Keamanan Tiga Agenda Besar Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko mengungkapkan strategi kepolisian untuk menguasai Mako Brimob pasca terjadi kericuhan antara para narapidana terorisme dan polisi yang bertugas.

Lanjutnya, teknik tersebut digunakan untuk menjamin keselamatan maupun keamanan jelang pertemuan yang penting dan besar, pertama Asian Games, Annual Meeting WB dan IMF di Bali. 

"Secara prosedur dan proses penanganan sudah berjalan, pertama ada pelaporan kepada Presiden, kebetulan saya dan Presiden di Pekanbaru, setelah ada laporan presiden memberikan petunjuk untuk segera dibentuk ada kesatuan komando atau posko diketuai Menkopolhukam, instrumen keamanan semua disiapkan," kata Moeldoko dalam acara "Ngopi Bareng" di Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Beberapa petunjuk Presiden Joko Widodo adalah jangan ragu-ragu dalam penanganan, menghindari korban yang tidak perlu serta memberikan batasan waktu untuk segera menyelesaikan kericuhan.

"Menkopolhukam, Kapolri yang diwakili Wakapolri, Kepala BIN sepakat untuk melihat situasi dengan cerdik, ada beberapa alternatif tindakan yang akan kami lakukan, pertama serbu langsung atau kedua 'intention' dulu baru tindakan praktis berikutnya," ungkap Moeldoko.

Menurut Moeldoko, dalam serbuan langsung pasti dikalkulasi keuntungan kerugiannya, padahal masih ada satu anggota Brimob yang masih hidup disandera di dalam Mako Brimob.

"Maka dilakukan 'intention' dengan negosiasi dengan listrik dimatikan, makanan tidak diberikan, setelah malam ada keluhan dari mereka dan akhirnya yang satu (anggota Brimob) dilepas, mereka akhirnya menyerah," tambah Moeldoko.

Tapi tidak semua narapidana terorisme menyerah karena masih ada 10 orang yang melakukan perlawanan.

"Masih ada 10 yang tertinggal, yang kita ikuti di CCTV, di situ dikeluarkan perintah melakukan serbuan. Kemarin ada ledakan-lekadan itu serbuan, lalu yang 10 menyerah, kenapa tidak dihabisi? karena ada Convention Geneva kalau lawan sudah menyerah tidak boleh dibunuh, tidak boleh dihabisi, langkah-langkahnya seperti itu semua selesai dan tidak ada korban lagi saat itu," ungkap Moeldoko.

Ia pun meminta agar masyarakat tidak bingung dan mempertanyakan strategi yang diambil oleh pihak Mako Brimob.

"Saya perlu jelaskan agar jangan sampai ada kebingungan kok begini? Kenapa perlu waktu dan tertutup dari awal? Karena ini persoalan 'tactical' yang tidak boleh diobral dan disampaikan agar perencanaan tidak keluar. Saya harap cerita ini dapat dipahami masyarakat agar tidak terjadi perdebatan yang tidak perlu," tegas Moeldoko.

Moeldoko pun menegaskan bahwa pemerintah menjamin keselamatan warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang berada di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: