Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: Teror Bom Turut Hantam Nilai Tukar Rupiah

Pengamat: Teror Bom Turut Hantam Nilai Tukar Rupiah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat ekonomi dari Institute for Development on Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menilai semakin terjerembapnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akibat dampak dari teror bom yang terjadi belakangan ini.

Data JISDOR Bank Indonesia (BI) mengemukakan, kemarin nilai tukar Rupiah sempat menembus Rp14.094 per dolar AS, melemah dibandingkan Selasa (15/5/2018) yang berada pada posisi Rp14.020 per dolar AS. Bahkan, data Bloomberg Dolar Index sempat mencatat nilai tukar Rupiah sempat menembus Rp14.100 per dolar AS pada kemarin siang.

"Iya, dampak teror harapannya cuma temporer, tapi karena terus terjadi dan sporadis di beberapa wilayah, pasti pengaruh ke kepercayaan investor," ujar Bhima kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (17/5/2018).

Selain itu, faktor lain yang juga penting dilihat ialah ekspektasi BI menaikkan bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini sepertinya dianggap sebagai langkah yang sangat terlambat.

"Seharusnya, ketika Fed rate naik, BI ikut menyesuaikan dengan naikkan BI-7days repo rate. Kalau kebijakan sudah terlambat, efeknya modal asing terus menerus keluar," katanya.

Kemudian, data neraca perdagangan juga memburuk dengan defisit US$1,63 miliar, terdalam sejak 2014. Pasalnya, jika impornya naik sementara kinerja ekspor menurun maka permintaan valas akan naik signifikan dan hal itu menekan nilai tukar Rupiah.

"Data ULN yang dirilis kemarin juga menimbulkan kekhawatiran naiknya risiko gagal bayar sektor swasta," ungkapnya.

Oleh sebab itu, dalam jangka pendek, dari sisi keamanan tentu harus diperketat penjagaan di objek vital, misalnya gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, kedutaan, dan proyek infrastruktur. Apalagi, sebentar lagi ada event internasional Asian Games dan IMF-World Bank Meeting di Bali.

"Pemerintah perlu bangun optimisme dunia usaha dengan berbagai insentif, terutma yang berkaitan dengan ekspor," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: