Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Zaman Now Pacu Pembayaran Nontunai

Strategi Zaman Now Pacu Pembayaran Nontunai Karyawan toko mengesekan kartu debit di mesin Electronic Data Capture (EDC) di Jakarta, Selasa (5/9). Bank Indonesia (BI) melarang dilakukannya penggesekan ganda (double swipe) dalam transaksi nontunai dalam setiap transaksi dan kartu hanya boleh digesek sekali di mesin Electronic Data Capture (EDC), dan tidak dilakukan penggesekan lainnya, termasuk di mesin kasir. Pelarangan penggesekan ganda tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pencurian data dan informasi kartu. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lebih dari tiga tahun yang lalu, Bank Indonesia (BI) telah mencanangkan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT). Pencanangan program ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, bank sentral sepertinya melihat bahwa 4—5 tahun ke depan transaksi pembayaran nontunai akan semakin massive digunakan masyarakat, khususnya kepada generasi milenial.

Catatan BI mengungkapkan pertumbuhan transaksi online pada Januari 2018 melesat 26,5% (yoy). Adapun skala transaksi uang elektronik naik pesat menjadi Rp112,6 miliar per hari, dari Rp63,1 miliar per hari pada Desember 2017.

Menurut Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Onny Widjanarko, peningkatan transaksi online tersebut dampak dari era Revolusi Industri 4.0 dan era digital. Era tersebut telah mengubah pola perilaku konsumen dan menimbulkan banyaknya alternatif baru transaksi pembayaran.

“Terjadi peralihan transaksi debit (POS) ke delivery channel (online). Transaksi delivery channel pada Januari 2018 tumbuh 26,5% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan Januari 2017 yang sebesar 16,5% (yoy),” kata Onny dalam seminar Strategi “Zaman Now” Perkuat Sistem Pembayaran Nontunai yang digagas Warta Ekonomi di Jakarta.

Sementara terkait alternatif pembayaran, Onny mengatakan saat ini masyarakat mulai mengenal transaksi pembayaran via QR Code. Penggunaan ini sangat mudah dan cepat, konsumen hanya membutuhkan aplikasi QR Code di handphone untuk melakukan transaksi dengan merchant-merchant yang menyediakan pembayaran via QR Code.

SVP IT Strategic & Planning BRI, I Nyoman Sugiriyasa, menuturkan ada beberapa hal yang menjadi kunci utama keberhasilan pembayaran nontunai di Indonesia. Pertama, terdapat 100 juta lebih pengguna smartphone di Indonesia sehingga diharapkan mampu mendorong pembayaran via mobile banking. Kedua, 34,45% penduduk Indonesia adalah generasi milenial (15—35 tahun) yang notabene sangat akrab dengan teknologi digital. 

Penerapan pembayaran nontunai bukan tanpa tantangan. Menurut dia, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi agar program pembayaran nontunai sukses di Indonesia. Penyelenggara perlu memperkuat cyber security guna meningkatkan kepercayaan konsumen.

Menurut Chief Communication Officer (CCO) Dana Indonesia, Chrisma Albandjar, tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah layanan perbankan yang belum merata karena sebagian besar masih terfokus di Pulau Jawa, sebagian besar (51,5%) kantor cabang bank komersil berlokasi.

Solusinya ialah memanfaatkan penetrasi pengguna smartphone di Indonesia dalam mengampanyekan GNNT. Menurutnya, teknologi DANA akan membantu meningkatkan inklusi finansial melalui penciptaan ekosistem dalam negeri yang membantu masyarakat bertransaksi, termasuk mereka yang belum bankable menjadi bankable.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: