Pasokan gas untuk memenuhi domestik di tahun 2018 lebih besar dibandingkan ekspor dengan porsi mencapai 58% lebih.
"Pasokan gas untuk domestik terus alami peningkatan rata-rata 9% sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2016," kata penasihat eksekutif SKK Migas, Rudianto Rimbono, di Pekanbaru, Selasa (12/6/2018).
Kebutuhan gas pada 2019 diperkirakan mencapai 11.049 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd), peningkatan ini didorong oleh adanya proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW).
Saat ini kebutuhan gas nasional masih sebesar 9.688 mmscfd. Namun, besaran kebutuhan ini akan berubah signifikan lantaran sebesar 13.400 MW dari proyek 35 ribu MW merupakan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
Menurut dia, sumber daya alam gas diprediksi bakal menjadi salah satu tulang punggung bauran energi di Indonesia. Pemanfaatan gas diharapkan bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar minyak (BBM).
Ia mengatakan, berkurangnya konsumsi BBM diharapkan akan bisa mengurangi impor minyak sehingga ketahanan energi nasional bisa terjaga.
"Hingga saat ini, konsumsi minyak bumi masih mendominasi pemenuhan kebutuhan energi nasional, yakni sebesar 58%. Konsumsi BBM juga menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan tersebut tentunya harus diimbangi dengan kemampuan penyediaan minyak untuk konsumsi nasional," katanya.
Sementara itu, kesenjangan antara produksi dan konsumsi semakin besar. Saat ini, produksi minyak nasional terus mengalami penurunan seiring menurunnya jumlah cadangan.
Ia menjelaskan, multiplier efek migas pada ekonomi nasional terkait nilai seluruh komitmen pengadaan barang dan jasa baik yang dilakukan melalui persetujuan SKK migas maupun diadakan oleh KKS sendiri, pada Maret 2018 tercatat sebesar US$1.061 juta dengan persentase TKDN sebesar 62,43% (cost basis).
Selain BUMN, keterlibatan Bank, yakni Mandiri, BNI , BRI Mandiri dan BNI, Syariah, BRI, BTN, BUMD , Muamalat dan bank umum lainnya dengan total periode April 2009 sampai dengan Maret 2018 tercatat sebesar US$67,27 miliar.
"Untuk tren kegiatan hulu migas masih didominasi oleh kegiatan yang berlokasi di lepas pantai, semakin ke arah kawasan timur Indonesia yang perairan lautnya lebih dalam, selain itu temuan lebih didominasi gas dan mulai dikembangkannya hidrokarbon nonkonvensional (CBM)," katanya. (FNH/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: