Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Turun Tertekan Prospek Peningkatan Produksi OPEC

Harga Minyak Turun Tertekan Prospek Peningkatan Produksi OPEC Kredit Foto: Reuters/Lucas Jackson
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak turun pada akhir perdagangan Selasa (19/6/2018) atau Rabu (20/6/2018) pagi WIB, menjelang kemungkinan peningkatan pasokan minyak mentah OPEC dan ketika meningkatnya perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan China memicu aksi jual tajam di banyak pasar-pasar global.

Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent berjangka untuk pengiriman Agustus turun US$0,26 menjadi ditutup pada US$75,08 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun US$0,78 menjadi menetap di US$65,07 per barel di New York Mercantile Exchange.

Rusia berencana mengusulkan peningkatan produksi minyak melalui kesepakan anggota OPEC+ sebesar 1,5 juta barel per hari. Menteri Energi Alexander Novak mengatakan kepada wartawan, beberapa hari sebelum kunjungannya ke Wina untuk KTT terkait.

Komentar terbaru dari Novak bahwa mereka berupaya untuk meningkatkan produksi 1,5 juta barel per hari memberikan tekanan secara signifikan terhadap harga minyak.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang telah menahan pasokan mereka sejak 2017, akan bertemu pada Jumat (22/6/2018) di Wina, di mana mereka diharapkan akan mengambil keputusan mengenai apakah akan meningkatkan produksi minyak global.

Namun demikian, Iran mengatakan, OPEC tidak mungkin mencapai kesepakatan tentang produksi minyak minggu ini, menetapkan panggung untuk bentrokan dengan Arab Saudi dan Rusia, yang mendorong untuk meningkatkan produksi secara tajam mulai Juli untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat.

Meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga membebani pasar global termasuk pasar minyak, kata John Kilduff, mitra di hedge fund energi Again Capital LLC di New York.

Kedua negara mengancam tarif hukuman atas ekspor mereka satu sama lain, yang bisa termasuk minyak. Impor minyak AS telah melonjak sejak 2017 dengan nilai hampir satu miliar dolar AS per bulan.

Saham-saham China jatuh ke titik terendah dalam hampir setahun sementara di Amerika Serikat, ketiga indeks saham utama turun, dengan Dow Jones Industrial Average menghapus kenaikannya untuk tahun ini.

"WTI lebih rentan terhadap spillover dari aksi jual keras di pasar ekuitas global daripada Brent karena perbedaan antara dua patokan tersebut telah membentang kembali menjadi di atas US$10 per barel," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, dalam sebuah catatan.

Sementara itu, cadangan minyak mentah AS turun lebih besar dari yang diperkirakan pada minggu lalu sementara persediaan bensin dan distilat meningkat, kelompok industri American Petroleum Institute mengatakan Selasa (19/6/2018) malam, menjelang laporan pemerintah pada Rabu (20/6/2018) pukul 10.30 pagi (14.30 GMT).

Persediaan minyak mentah turun tiga juta barel dalam seminggu hingga 15 Juni menjadi 430,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 1,9 juta barel. (FNH/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: