Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di hari pelaksanaan Pilkada serentak 2018 diperkirakan relatif aman dan kondusif. Namun, ada dua hal yang patut diantisipasi jajaran kepolisian, yakni ancaman serangan teror balas dendam dari pengikut tokoh terorisme Aman Abdurahman dan ancaman konflik pasca hari pencoblosan.
Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S. Pane, menuturkan, dari pemantauan Ind Police Wacth (IPW), ada sejumlah daerah yang patut dicermati polisi pasca-pencoblosan, yakni Jabar, Sulsel, Maluku, Papua, dan Sumut.
"Di sisi lain, pasca vonis mati terhadap tokoh teroris Aman Abdurahman di PN Jaksel, para pengikutnya selalu berusaha melakukan serangan teror sebagai aksi balas dendam, terutama di hari pencoblosan," ujar Neta berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Polri sendiri sudah membersihkan kantong-kantong terorisme maupun sel tidur terorisme pasca kerusuhan Rutan Brimob, tapi diharapkan kepolisian jangan lengah karena para teroris selalu berusaha mencari peluang untuk menebar aksinya.
Dari pantauan IPW, eskalasi energi politik masyarakat terjadi di sejumlah wilayah, sementara eskalasi tertinggi terlihat di Jabar, Sulsel, Maluku, Papua, dan Sumut. Hal ini membuat situasi kamtibmas relatif panas menjelang pilkada ini. Memang, hingga saat ini, konflik masih terjadi sebatas di medsos.
Perang di medsos pun hanya sebatas perang udara dan belum menyentuh darat. Namun, situasi itu tetap harus diantisipasi, terutama saat penghitungan suara dan pengumuman pemenang pilkada, karena dikhawatirkan muncul pihak pihak yang tidak merasa puas dan melakukan protes serta melakukan aksi anarkis di lapangan.
Dalam mengantisipasi situasi ini, jajaran kepolisian diharapkan menekankan sikap profesional, proporsional, dan independen serta tegas, sehingga potensi konflik bisa segera dicegah dan tidak melebar menjadi kekacauan yang mengganggu kedamaian pilkada.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu