Hasil dari laporan Digital Consumer Insights 2018 menunjukkan, tingkat kemudahan dan penipuan saling mempengaruhi. Seiring pertumbuhan konsumsi digital yang meningkat, tingkat penipuan cenderung ikut meningkat.
Managing Director Southeast Asia and Emerging Markets Experian Asia Pacific, Dev Dhiman, menuturkan, Indonesia adalah salah satu pasar e-commerce yang pertumbuhannya paling cepat di dunia, dengan 74% dari responden pernah melakukan pembelian online, dengan kategori teratas diduduki oleh perjalanan, makanan dan minuman, dan elektronik.
"Namun, tingkat penipuannya pun tinggi, dengan rata-rata 25% orang Indonesia pernah mengalami tindak penipuan melalui berbagai macam e-commerce dan layanan, dan sekitar sepertiga (35%) dari mereka berpikir untuk mengganti penyedia layanan jasa ketika terjadi penipuan," tutur Dev dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Menurut Dev, pihaknya juga menemukan bahwa semakin tinggi eksposur terhadap tindak penipuan akan menyebabkan konsumen lebih memilih untuk mengadopsi langkah-langkah keamanan yang mudah digunakan seperti biometrik, yang akan memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk memastikan pengalaman yang lebih mudah kepada para konsumennya sambil mengelola tindak penipuan.
Sebanyak 11% dari orang Indonesia terindikasi bahwa mereka bersedia untuk mengadopsi biometrik (contohnya, sidik jari dan pengenal wajah) dalam aplikasi komersial. Dalam hal ini, Indonesia menduduki peringkat kelima, setelah negara-negara berkembang lainnya seperti India, Tiongkok, Vietnam, dan Thailand.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: