Tak ada museum sepatu di kota Herzogenaurach, Jerman. Padahal, kota ini menjadi rumah bagi dua produsen sepatu paling ternama di dunia, adidas dan Puma. Ketiadaan museum ini dikarenakan penduduk kota tak bisa menyepakati narasi sejarah yang menggambarkan perjalanan dua merek apparel yang kini memasok berbagai kostum tim besar Eropa tersebut. Pasalnya, kedua perusahaan ini telah bertikai selama lebih dari 60 tahun.
Puma dan adidas didirikan oleh dua saudara, Adolf (Adi) dan Rudi (Rudolf) Dassler, dengan lokasi kantor pusat keduanya hanya dipisahkan oleh Sungai Aurach. Adi membuat Adi-Dassler yang kini dikenal dengan nama adidas, sementara Rudi mendirikan Puma setelah gagal dengan merek Ru-Da.
Sebelumnya, Adi dan Rudi sendiri bekerja untuk satu perusahaan yang sama, Gebrüder Dassler Schuhfabrik, perusahaan yang didirikan oleh sang ayah, Christoph. Adi akan merancang sepatu sementara Rudi yang mengurusi masalah penjualan dan distribusi. Tak ada penjelasan pasti alasan keduanya bertikai. Namun, ada beberapa alasan yang paling sering dikemukakan.
Pertama adalah karena Rudi berselingkuh dengan istri Adi, Kathe, sehingga ia tak pernah dimaafkan oleh saudaranya. Sementara alasan kedua adalah keduanya berselisih pendapat karena perbedaan pandangan politik. Alasan yang ketiga adalah yang paling sering didengungkan, yaitu yang melibatkan serangan sekutu dari udara. Ketika Adi dan istrinya berlari ke tempat pengungsian, ia mendengar Rudi yang sudah lebih dahulu ada di sana bersama istrinya, berkata: Si Schweunhunde (umpatan sangat kasar) balik lagi.
Rudi menjelaskan kepada saudaranya bahwa umpatan itu dimaksudkan untuk sekutu. Namun, Adi tak mau percaya. Sejak saat itu keduanya pecah kongsi dan memutuskan untuk tak lagi satu perusahaan. Pada pertengahan 1940-an, Rudi pindah ke seberang sungai dan mendirikan pabrik baru, sementara Adi mengelola pabrik lama.
"Bagi kota Herzogenaurach, pertikaian antara dua saudara Dassler ini ibarat Tembok Berlin bagi ibu kota Jerman tersebut," demikian pernyataan jurnalis lokal Rolf Herbert kepada The Guardian.
Perpecahan antara Adi dan Rudi ini menular ke penduduk kota yang berjumlah 23 ribu. Pegawai adidas dan pegawai Puma pergi ke restoran, bar, bahkan pasar yang berbeda untuk berbelanja. Ada kalanya pegawai pabrik adidas dilarang berhubungan dengan pegawai pabrik Puma. Dalam hal yang lebih substansial, yaitu agama dan haluan politik, adidas dan Puma juga seolah memiliki garis pemisah tegas. Puma terlihat sebagai perusahaan dengan haluan politik konservatif dengan banyak pegawai menganut Katolik, sementara adidas Protestan dan Sosial Demokratik.
Hingga bertahun-tahun, rivalitas adidas dan Puma ini selalu diturunkan dan nyaris tak pernah ada yang bisa mendamaikan kedua bersaudara Dassler, bahkan hingga mereka meninggal dunia. Namun, pertikaian ini juga yang mendorong kedua perusahaan berkembang dengan pesat. Setiap kali adidas melakukan satu terobosan besar maka Puma pun akan coba mengejar. Demikian pula sebaliknya. Jika penjualan Puma meningkat maka adidas akan mencoba inovasi baru.
Namun keberuntungan menghampiri adidas pada 1954. Rudolf bertikai dengan pelatih tim nasional Jerman (kala itu masih Jerman Barat) sehingga adidas memiliki kesempatan untuk menyuplai timnas mereka dengan peralatan dan kaus tim.
Lalu, tanpa disangka-sangka Jeman yang kala itu belum menjadi kekuatan sepak bola mampu menundukkan tim top Eropa, Hungaria. Adi Dassler pun muncul nyaris di semua halaman utama koran. Demikian pula dengan sepatu hitam bergaris putih tiga yang dikenakan seluruh pemain kerap tampil di berbagai media. Sejak saat itu Adolf mendapatkan tawaran dari berbagai belahan dunia untuk menjual sepatu adidas di negara mereka. Perusahaan milik Adolf pun mendunia. Butuh belasan tahun bagi Rudolf untuk menyamai kesuksesan saudaranya di level internasional.
Baik adidas dan Puma sendiri kini telah menjadi merek ternama di dunia. Namun, perselisihan antar keduanya baru "diselesaikan" pada 2009, yaitu melalui satu pertandingan sepak bola. Para pegawai adidas dan Puma berlaga dalam pertandingan persahabatan yang menandai gencatan senjata antar-keduanya. Adidas dan Puma sendiri tetap mempertahankan kantor pusat mereka di Herzogenaurach. Bagi kedua perusahaan, kota kecil tersebut memiliki sebuah nilai historis yang tak tergantikan. Sebuah sejarah tentang pertikaian dua bersaudara yang melambungkan nama adidas dan Puma.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: