Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tira Austenite Genjot Pertumbuhan Bisnis

Tira Austenite Genjot Pertumbuhan Bisnis Kredit Foto: Tira Austenite
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Tira Austenite Tbk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dan Publik Ekpose di kantornya di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Kamis (28/6/2018). Dalam kesempatan tersebut perusahaan mengungkapkan target perusahaan untuk memperoleh pertumbuhan bisnis yang luar biasa pada tahun 2018. 

Direktur Utama PT Tira Austenite Tbk, Selo Winardi membeberkan upaya yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai tergat tersebut. Diantaranya dengan memperbaiki sistem managemen dan mendekatkan hubungannya dengan berbagai Principle dan Customer. Selain itu perusahaan juga akan merubah pola bisnis dengan merambah pada barang jadi. Untuk mengerjakannya, perusahaan berkolaborasi dengan beberapa work shop dan sebagian dikerjakan sendiri. 

"Jadi kita tidak lagi menjual matrial, tapi kita jual barang yang sudah setengah jadi. Selain itu lanjutnya Tira juga telah menambahkan bisnis portopolio yang tadinya nonvirus, kini masuk ke virus,” ungkap Winardi. 

Berbagai upaya peningkatan juga dilakukan seperti efisiensi cost distribution, dengan memanfaatkan empat gudang yang berada di Medan, Jakarta, Surabaya dan Balikpapan agar pengiriman lebih efisien. 

Winardi juga mengungkapkan, pada tahun 2017, PT Tira Austenite Tbk mengalami kendala-kendala pada ekonomi dunia yang lesu yang berimbas pada ekonomi Indonesia yang kurang bergairah. Hal itu berakibat rendahnya permintaan pasar atas material baja kualitas tinggi, serta adanya perubahan impor dari pemerintah yang mengatur tentang kuota impor. Sulitnya mendapatkan bahan baku mengakibatkan perusahaan menderita kerugian.

Untuk tahun ini saja, kerugian perusahaan mencapai Rp8 miliar. Namun Winardi mengakui kerugian tersebut terjadi akibat sebagian besar karena adanya proyek yang tertunda karena keterlambatan barang masuk. Beberapa proyek terkena direjek dan ada beberapa produk-produk dibersihkan. 

Penyebab lainnya adalah makin ketatnya tingkat persaingan pada sektor perdagangan, dan adanya akternatif saurching material baja dari China dan India yang mempunyai harga jual lebih murah. Ditambah lagi tingginya nilai kurs yang mencapai Rp14 ribu. 

“Atas permasalahan ini saya berharap pemerintah untuk konsisten bila membuat peraturan. Karena saat ini banyak peraturan yang dibuat namun tidak jelas juklaknya," beber Winardi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: