Prancis memenangkan Piala Dunia untuk kedua kalinya dalam gaya spektakuler pada hari Minggu (15/7/2018) sebagai kemenangan 4-2 di salah satu final yang paling menghibur dan penuh aksi selama beberapa dekade terakhir dengan melawan Kroasia yang mengincar gelar Piala Dunia pertamanya.
Setelah gol bunuh diri awal oleh Mario Mandzukic, dan gol dari sepakan senjata timnas Prancis Antoine Griezmann, dari kotak penalti, tendangan kaki kiri Paul Pogba, dan si remaja ulung Kylian Mbappe.
Walaupun, dari pihak Kroasia Ivan Perisic dan Mandzukic menjawab gol gol yang diberikan oleh Prancis, meskipun berakhir dengan kekalahan, tapi timnas Kroasia tidak tertunduk setelah melalui banyak rintangan untuk penampilan pertama mereka di final.
Itu adalah penentu skor tertinggi sejak Inggris mengalahkan Jerman Barat 4-2 setelah perpanjangan waktu pada tahun 1966 dan tertinggi dalam waktu normal sejak Brasil mengalahkan Swedia 5-2 60 tahun yang lalu.
Tetapi, satu-satunya statistik Prancis yang paling menarik perhatian adalah bahwa hasilnya membuat mereka juara dunia untuk kedua kalinya setelah kemenangan mereka di kandang pada tahun 1998. Setelah kehilangan final 2006 di adu penalti ke Italia, itu juga berarti tidak ada pengulangan dua tahun lalu ketika mereka dikalahkan di final Kejuaraan Eropa oleh Portugal di Paris.
Didier Deschamps, kapten tim Perancis 1998, menjadi orang ketiga yang mengangkat Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih setelah Mario Zagallo dari Brazil dan Franz Beckenbauer dari Jerman.
"Ini bukan tentang saya, ini tentang semua orang di sekitar saya dan para pemain," tutur Deschamps selama hujan pasca pertandingan, sebagaimana dikutip dari Channel NewsAsia, Senin (16/7/2018).
"Ini adalah tim muda yang berada di puncak dunia. Beberapa dari mereka masih berusia 19 tahun, tetapi sumber kebanggaan terbesar saya adalah mereka memiliki komitmen," ungkapnya.
"Hari ini kami tidak melakukan segalanya dengan benar tetapi memiliki mental dan kualitas psikologis yang menentukan, dan kami berhasil mencetak empat gol," tambahnya.
"Sangat menyakitkan untuk kehilangan Euro dua tahun lalu, tetapi itu membuat kami belajar juga dan kami bekerja keras selama 55 hari di sini. Mungkin jika kami juara Euro kami tidak akan menjadi juara dunia hari ini," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: