Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bambang: Pemerataan Harus Jadi Mainstream Pembangunan

Bambang: Pemerataan Harus Jadi Mainstream Pembangunan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, menegaskan bahwa pemerataan tidak boleh lagi dilihat sebagai efek samping pembangunan, melainkan sebaliknya, pemerataan harus menjadi mainstream dari strategi pembangunan.

"Jangan sampai pembangunan berorientasi pada pertumbuhan dulu setelah itu baru dicari jalan atau strategi agar pertumbuhannya lebih merata, lebih inklusif. Jadi, seolah-olah pemerataan baru datang belakangan," kata Bambang di Jakarta, Senin (16/7/2018).

Menurut Bambang, saat ini mindset pembangunan harus berubah. Jika pemerataan ingin dijamin lebih baik, sejak awal perlu direncanakan strategi bahwa pemerataan sudah harus menjadi target pembangunan. Jangan sampai kegiatan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan malah membuat pemerataan semakin memburuk sehingga membuat kita panik mencari cara mengatasinya.

"Oleh karena itu, agar kita tidak terlalu banyak membuang-buang energi mengatasi kesenjangan wilayah akibat pembangunan yang terlalu fokus pada pertumbuhan, sebaiknya aspek pemerataan sudah harus menjadi mainstream pembangunan. Tidak lagi hanya sekadar efek samping pembangunan," katanya.

Sebelumnya, dalam acara Indonesia Development Forum (IDF) 2018,  Bambang mengatakan, pembangunan sosial dan ekonomi yang tidak merata antarwilayah merupakan salah satu tantangan utama pembangunan Indonesia. Pertumbuhan ekonomi selama dua dekade terakhir masih terkonsentrasi di pulau Jawa yang berkontribusi sekitar 58% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Di sisi lain, pembangunan sosial dan ekonomi di luar pulau Jawa, khususnya bagian timur Indonesia, mengalami ketertinggalan (seperti tingkat kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia/IPM) meskipun daerah tersebut kaya sumber daya alam. Dengan kesenjangan antarwilayah di Indonesia yang bersifat kompleks dan multisektoral, berbagai upaya untuk mengatasinya masih perlu ditingkatkan lagi.

Dari berbagai program pemerintah yang sudah berjalan, menurut Bambang terdapat beberapa kemajuan, di antaranya rasio ketimpangan Indonesia yang terus mengalami perbaikan. Rasio ketimpangan atau yang dikenal dengan rasio gini Indonesia terus mengalami perbaikan sejak 2014.

Pada 2017, rasio gini Indonesia tercatat 0,391 dan pemerintah menargetkan untuk menurunkannya sampai 0,380 pada 2018. Ditambah lagi, dalam kurun waktu tiga tahun, tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan menjadi 10,12% pada 2017 dari 10,96% pada 2014. Indeks Pembangunan Manusia juga mengalami peningkatan menjadi 70,81 pada 2017 dari 70,18 di tahun sebelumnya.

Selain antarwilayah, ketimpangan juga terjadi antara kawasan perkotaan dan pedesaan. Keduanya memiliki kualitas pelayanan dasar yang tidak merata. Padahal, hal ini sangat krusial bagi produktivitas ekonomi dan kesejahteraan sosial penduduk. Paradoks ini diprediksi akan semakin lebar pada masa mendatang sehingga menyebabkan ketimpangan wilayah lebih besar.

"Ketimpangan wilayah yang terus berlanjut akan memperlemah suatu daerah, akibat dari pengurasan sumber daya oleh daerah yang lebih maju serta berpindahnya penduduk usia produktif dari daerah tertinggal," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: