- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Manfaatkan Momentum Kenaikan Harga Batu Bara, Begini Langkah ABM Investama
Untuk mengoptimalkan momentum kenaikan harga dan permintaan pasar global terhadap batu bara, PT ABM Investama Tbk (ABM) pada 2018 bakal meningkatkan produksi batu bara hingga 9 juta ton. Kenaikan produksi batu bara tersebut juga didukung dengan strategi efisiensi melalui penguatan integrasi anak perusahaan menjadi sebuah supply chain services bisnis batu bara di Indonesia.
Direktur Utama ABM, Andi Djajanegara, mengatakan, tren positif yang terjadi di industri batu bara selama dua tahun terakhir memberikan peluang bagi ABM untuk memperkuat bisnis perusahaan. Salah satu strategi yang berhasil dilakukan perusahaan adalah melakukan integrasi tujuh entitas anak untuk mendukung penguatan bisnis pertambangan dan penjualan batu bara.
"Sebagai perusahaan yang memiliki DNA di bisnis tambang batu bara, ABM terus melakukan inovasi untuk memperkuat daya saingnya di industri ini. Kami bersyukur terobosan yang dilakukan ABM, khususnya dalam membangun supply chain batu bara, memberikan hasil yang sangat positif bagi perusahaan," kata Andi dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Menurut Andi, tujuh entitas anak usaha di ABM membentuk sinergi pelayanan dari hulu ke hilir atau end-to-end services dengan tingkat efisiensi operasional yang lebih baik daripada standar industri. Keberhasilan ABM tetap bertahan dan berhasil menjalankan bisnis secara lebih efisien ketika industri batu bara menghadapi situasi sulit pada 2012 hingga awal 2016 menjadi bukti bahwa strategi perusahaan berjalan dengan baik.
"Tidak mudah untuk bertahan menghadapi iklim bisnis batubara yang mengalami kejatuhan di seluruh dunia. Namun, kami berhasil membangun model bisnis yang lebih baik melalui sinergi dan integrasi anak usaha yang memang fokus di industri tambang," ujar Andi.
Tujuh entitas anak yang berada langsung di bawah perusahaan yakni PT Cipta Kridatama (CK) yang menjalankan kegiatan usaha kontraktor pertambangan; pertambangan dan perdagangan hasil batu bara oleh PT Reswara Minergi Hartama (Reswara); jasa ketenagalistrikan yang dikembangkan PT Sumberdaya Sewatama dan PT Anzara Janitra Nusantara (AJN); jasa logistik terintegrasi yang dilakukan PT Cipta Krida Bahari (CKB Logistics); jasa rekayasa serta pabrikasi oleh PT Sanggar Sarana Baja; dan yang terbaru yaitu PT prima Wiguna Parama (PWP) yang bergerak di bidang jasa perdagangan bahan bakar minyak (BBM).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan ABM Investama, Adrian Erlangga, menjelaskan, sistem supply chain bisnis batu bara yang dijalankan ABM berhasil menekan biaya produksi batu bara. Hal tersebut telah dilakukan ABM dalam pengelolaan tambang batu bara melalui PT Tunas Inti Abadi (TIA) di Kalimantan Selatan. Dengan produksi batu bara sebanyak 5 juta ton per tahun, EBITDA dari tambang ini mencapai US$108 juta.
"Bisa kami katakan bahwa pencapaian TIA di Kalimantan ini jauh di atas industri batu bara. Dengan sistem yang dikembangkan, kami bisa memonitor produksi dan pembiayaannya. Dengan sistem, proses bisnis, dan SDM yang mumpuni, ABM yakin dapat menghadirkan kinerja yang positif bagi perusahaan," jelas Adrian.
Adrian optimistis di tahun 2018 kinerja ABM terus membaik. Selain didukung oleh peningkatan produksi tambang batu bara, harga batu bara diperkirakan akan stabil di harga tinggi seperti pada saat ini. Apalagi, sistem supply chain dan integrasi bisnis yang melibatkan anak usaha telah memberikan kemampuan pada ABM untuk mengelola biaya dengan lebih baik.
"Secara bisnis kami optimistis dapat tumbuh lebih baik baik dibandingkan tahun sebelumnya. Karena itu, ABM akan memperkuat fundamental melalui peningkatan cadangan batubara agar produksi di masa depan terus meningkat. Pasar ekspor masih sangat besar dan ABM memiliki jariangan yang kuat ke pasar tersebut," tutup Adrian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: