Rupiah anjlok ke level terendah tahunan baru terhadap dolar AS setelah Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga sebesar 5,25% di bulan Juli. Sungguh mengkhawatirkan melihat rupiah terus tertekan walaupun BI berusaha memperketat kebijakan moneter secara agresif selama dua bulan terakhir.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, menuturkan, walaupun BI mempertahankan posisi hawkish, namun tidak banyak membantu rupiah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal. Dolar yang berkibar tetap menjadi tema dominan di pasar di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan ketegangan dagang global yang memengaruhi sentimen.
"Karena itu, rupiah dan banyak mata uang pasar berkembang lainnya dapat semakin melemah," tutur Lukman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (20/7/2018).
Sementara itu, para trader teknikal akan terus mengamati bagaimana USDIDR bertahan di atas level psikologis 14.000. Harga sudah mencapai 14400 sehingga level kunci berikutnya adalah di kisaran 14750.
Sementara itu, pekan trading ini mungkin sangat bearish untuk emas yang merosot ke level terendah tahun ini di tengah apresiasi dolar.
Depresiasi beberapa hari terakhir ini menyoroti bahwa emas tetap sangat sensitif dan berkorelasi negatif dengan dolar. Ekspektasi pasar semakin tinggi bahwa Federal Reserve akan meningkatkan suku bunga dua kali lagi tahun ini sehingga emas tetap menjadi target empuk bagi investor bearish.
"Emas dapat semakin terpukul tanpa ampun oleh dolar yang menguat secara umum pekan ini," tutur Lukman.
Menurut Lukman, dari sisi teknis saja, emas bearish di grafik harian. Bears harian tetap memegang kendali penuh di bawah level US$1236. Emas sudah menembus di bawah US$1220 sehingga momentum turun dapat membuka jalan menuju US$1200.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: