Depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh kekeringan likuditas di perekonomian Indonesia akibat sebagian besar penerimaan ekspor digunakan untuk belanja impor.
Dalam seminar "Kajian Tengah Tahun 2018" di Jakarta, Selasa (31/7/2018), Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menjelaskan bagaimana terjadinya kekeringan likuiditas itu.
Ia menjelaskan aliran valuta asing yang masuk ke Indonesia dari ekspor 95% dalam bentuk dolar AS. Dari penerimaan ekspor tersebut, sekitar 90% digunakan para pengusaha untuk kepentingan impor atau belanja kebutuhan produksi akibat kurangnya produksi dalam negeri memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi ekspor.
"Artinya, hasil ekspor sebagian besar pergi lagi keluar negeri untuk impor. Inilah yang terjadi. Perlu kreativitas bagaimana meningkatkan produksi dalam negeri untuk bahan baku produksi ekspor," ujar Enny.
Menurut data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia (BI), aliran dolar AS yang melalui ekspor rata-rata tumbuh minus 5,53%, sementara dolar AS untuk impor juga turun rata-rata 2,3% selama 2012-2016.
Pada 2017, dolar AS dari ekspor meningkat 17,8%, sedangkan dolar AS untuk impor tumbuh lebih rendah sekitar 16,6%.
Kemudian, selama Januari hingga Mei 2018 suplus aliran modal yang masuk dalam bentuk dolar AS turun sekitar 54 persen dibanding Januari hingga Mei 2017.
"Memang terjadi kekeringan likuditas dalam perekonomian kita dan itu yang menjadi penyebab depresiasi nilai tukar," kata Enny.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil