Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

UKM Kuliner Berbasis Kearifan Lokal Diminta Kembangkan Kemitraan dengan Usaha Besar

UKM Kuliner Berbasis Kearifan Lokal Diminta Kembangkan Kemitraan dengan Usaha Besar Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Kuningan -

Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Abdul Kadir Damanik menekankan agar pelaku UKM sektor makanan dan minuman yang berbasis budaya kearifan lokal melakukan kemitraan dengan usaha besar.

Abdul Kadir Damanik menuturkan, dalam menghadapi perubahan zaman, UKM perlu berbenah diri dalam meningkatkan kualitas dan inovasi produk.

"Salah satu solusinya adalah dengan sinergi atau kemitraan dengan usaha besar," kata Damanik pada acara Focus Group Discussion (FGD) Restrukturisasi UMKM Bidang Makanan dan Minuman di Kuningan, Jawa Barat, Rabu (8/8/2018).

Damanik mencontohkan Kabupaten Kuningan yang terdapat usaha makanan dan minuman menengah berskala besar mampu membina usaha sejenis yang kecil. Usaha besar menampung produk dari usaha kecil dengan standarisasi yang sudah ditentukan.

"Di Kuningan, ada UKM kue-kue kering bernama 5 Bintang yang membina sekitar 50-an usaha kecil. Mereka maju dan besar secara bersama-sama seperti halnya pola inti plasma. Pola ini menarik untuk dikembangkan di wilayah lain di Indonesia," papar Damanik.

Damanik berharap usaha besar tidak mengambil alih usaha kecil, tidak membeli usaha kecil, dan tidak memaksa. Pola kemitraan yang dibangun harus dengan dasar saling membutuhkan dan melengkapi alias win win solution.

"Maka, saya berharap inisiatif kemitraan datangnya dari usaha besar. Kalau inisiatif datang dari yang kecil, akan tercipta adanya unsur pemaksaan yang bisa merugikan usaha kecil," ungkap Damanik.

Meski begitu, Damanik masih menemukan beberapa kelemahan yang dialami usaha kecil. Misalnya, organisasi manajemen usaha masih tradisional.

"Dengan mengikuti program restrukturisasi, kami akan mendorong mereka menjadi modern, di mana usaha harus dikelola dengan benar dan ada pembagian tugas yang jelas," tandas Damanik.

Kelemahan lain terlihat dari penataan aset usaha. Padahal, dengan aset yang dimiliki, usaha bisa lebih berkembang untuk membuka pasar yang lebih luas.

"Kelemahan lain juga ada di bidang usahanya itu sendiri. Di mana saat ini sudah ada tuntutan masyarakat akan makanan dan minuman yang higienis. Soal ini, kami akan sentuh dengan menggandeng BPOM," kata Damanik.

Bagi Damanik, UKM makanan dan minuman perlu terus dibina agar mampu menghasilkan produk yang higienis dan sehat. Namun, dengan cara yang sederhana, murah, dan mudah.

"Yang harus juga diperhatikan adalah ketersediaan bahan baku, kemasan, dan perluasan pasar. Agar ke depan, produk mereka jangan sampai menurun dan hilang di pasaran," tegas Damanik.

Damanik mengungkapkan, ada usaha besar terkenal dengan produknya, tapi tidak memiliki pabrik atau industri produk tersebut. Barang yang dikemas berasal dari banyak pelaku UKM di daerah.

"Banyak yang seperti itu di Indonesia dan di luar negeri. Di mana tidak mempunyai produk, tapi bisa berjualan dan menjadi terkenal. Mereka hanya memiliki standar kualitas produk dan kemasan yang bagus sesuaj selera pasar. Pola kemitraan seperti itu saling menguntungkan. Di antara mereka juga tercipta hubungan saling transparan. Pola ini menumbuhkan kreativitas dari para UKM," papar Damanik.

Dalam kesempatan yang sama, Damanik mengajak para usaha kecil di sektor makanan dan minuman untuk membentuk satu wadah bernama koperasi.

"Pendirian koperasi bukan karena pemaksaan, melainkan lahir karena adanya satu kebutuhan bersama. Mereka harus diberi pemahaman manfaat koperasi bagi pengembangan usahanya. Saya pikir, dengan mendirikan koperasi itu merupakan solusi yang tepat," tukas Damanik.

Dengan adanya koperasi, kata Damanik, bahan baku produknya sudah disiapkan tanpa harus membeli sendiri. Jika membeli sendiri artinya ketengan, mahal ongkos, hingga habis waktu.

"Kalau semuanya diurus koperasi, harga bahan baku menjadi lebih murah. Karena koperasi membeli dalam jumlah besar. UKM tidak lagi harus mengeluarkan ongkos transportasi, harga lebih murah, lebih hemat. Pokoknya, banyak keuntungan yang bisa diraih UKM dengan berkoperasi," pungkas Damanik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: