Kendati sama-sama dikenal sebagai sentra komoditi sawit di tingkat global, capaian petani sawit di Malaysia dipekirakan lebih unggul. Hal itu dikatakan Ketua Asosiasi Petani Kepala Sawit Indonesia (APKASINDO) Riau, Gulat Medali Emas Manurung.
Menurut Gulat, keunggulan petani sawit di Malaysia, terletak pada perhatian pemerintah. Adapun perkebunan sawit rakyat di Indonesia bekisar 4,7 juta hektar, dan lebih dari 2 juta hektar terdapat di Riau.
"Ada perhatian pemerintah, jadi petani sawit disana ketika ingin menanam, ada tim pemerintah yang mendampingi. Sehingga kesalahan cara menanam dapat diminimalisir," sebutnya, Senin (20/8/2018).
Gulat pun memaklumi, hal semacam ini masih kurang di Indonesia. Dampaknya, kebun sawit rakyat di Tanah Air menjadi kurang produktif.
"Walau kebun kita lebih luas dari mereka, mereka lebih produktif. Tapi, banyak petani kita pada tahap awal penanaman melakukan kesalahan, misalkan mengabaikan jarak tanam, memilih bibit, dan pengetahuan jenis hama. Sekali salah tanam,maka konsekuensinya bertahun-tahun," sambungnya.
Saat ini pemerintah mulai melakukan peremajaan kebun sawit rakyat secara nasional. Riau, termasuk salah satu wilayah yang menerima program tersebut.Â
Presiden Jokowi sendiri pada tahun 2018 mematok angka 25 ribu hektar untuk program replanting sawit di Riau. Program ini merupakan bantuan dana kepada petani swadaya sebesar Rp25 juta per hektar dengan maksimal lahan yang diberi bantuan 4 hektar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Satria Kurnia
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: