Dalam acara Business Talk yang digelar ILUNI UI dan Komunitas Bersatu Beraksi, pada Jumat (07/09/2018) di Depok, beberapa pelaku usaha kuliner yang telah sukses membagikan cerita tentang bagaimana mereka melakukan inovasi dalam bisnis kuliner yang tergolong sebagai bisnis yang memiliki proses panjang.
Muadzin F. Jihad, Founder Ranah Kopi yang sudah sejak tahun 2009 memulai bisnis kuliner dengan mendirikan Semerbak Coffee Blend yang pada saat itu sudah mampu mem-franchise-kan bisnisnya, kemudian harus mati di tengah jalan lantaran banyak produk serupa yang mulai bermunculan. Hingga akhirnya ia kembali menciptakan berbagai bisnis kuliner, dan yang masih bertahan sampai saat ini adalah Ranah Kopi.
Menurut Muadzin, inovasi menjadi hal terpenting di era persaingan bisnis seperti saat ini. Membuka kedai kopi dari hanya sebuah gerobak, Muadzin yang saat itu masih menggunakan kopi sachet, karena biji kopi nusatara belum menjadi tren seperti sekarang, Muadzin kemudian meningkatkan inovasi dengan menambah menu minuman dan pelayanan. Dengan inovasinya tersebut, Muadzin pun mampu mempertahankan bisnisnya hingga saat ini.
Begitu pula dengan Hendy Setiono, CEO Baba Rafi Enterprise, yang memulia bisnis kuliner khas Timur Tengah yaitu kebab sejak tahun 2009, yang dimulai dari gerobak kecil, kini Baba Rafi sudah berada di sembilan negara dengan 1300 outlet.
Menjadi produk yang laris di pasaran, bukan berarti mampu membuat Baba Rafi tetap survive di dunia kuliner. Meski namanya sudah besar, Baba Rafi pun tetap butuh untuk melakukan inovasi dalam bisnisnya. Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan Baba Rafi yaitu menciptakan Container Kebab. Produk ini merupakan produk premium dari Baba Rafi yang menjual jenis black kebab dengan kualitas yang lebih baik. Produk tersebut merupakan inovasi Baba Rafi untuk tetap survive dalam bisnis kuliner dan terus mengembangkan franchise-nya.
Sementara itu, Erdi Rulianto, Co-Founder Timurasa Indonesia, yang memproduksi berbagai makanan berbahan dasar kenari, seperti snack coklat, coklat powder, butter, selai, dan sebagainya, kini telah menunjukkan kesuksesannya dengan memiliki 60 reseller se-Indonesia.
Produk Timurasa yang juga terjual di beberapa marketplace, mengungkapkan bahwa inovasi yang telah dilakukan adalah memperbaiki kemasan dan menambah jenis makanan lain yang juga menggunakan kenari sebagai bahan bakunya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: