Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PT Timah, Asa Baru Lewat Teknologi Hijau

PT Timah, Asa Baru Lewat Teknologi Hijau Kredit Foto: Unsplash/Dominik Vanyi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seperti menanti hadirnya saudara baru, berbagai entitas bisnis di bawah naungan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) turut bersuka cita terkait bakal segera bergabungnya PT Freeport Indonesia (PT FI) dalam kendali holding tambang itu. Tak terkecuali PT Timah Tbk (TINS).

Dengan kapasitas yang dimiliki oleh PT FI, teramat banyak potensi sinergi dan kerja sama yang bisa digarap bersama TINS sebagai sesama anak usaha. Misalnya saja terkait pemanfaatan data pasar yang bisa saling bertukar informasi guna pengembangan pasar baru bagi kedua perusahaan. Tak hanya data pasar, pertukaran tekonologi baik di bidang pertambangan maupun pemanfaatan teknologi informasi juga sangat dimungkinkan. Pasalnya, TINS saat ini tengah fokus dalam upayanya bertransformasi sebagai perusahaan tambang yang lebih mengedepankan pola penambangan ramah lingkungan (green mining).

Langkah transformasi tersebut diwujudkan dalam penggunaan alat tambang kecil terintegrasi (TKT) di beberapa wilayah operasi. Penggunaan TKT diyakini dapat menjadi solusi penambangan yang lebih ramah lingkungan karena secara teknis dapat menambah timah aluvial secara efektif dan efisien tanpa harus melakukan bukaan area yang luas. Teknologi baru ini diklaim mampu melakukan penambangan tanpa perlu mengupas overbuden dan hanya membutuhkan bukaan vegetasi yang sangat minimal.

Keunggulan kompetitifnya adalah kemampuan menambang timah yang spotted, namun high grade secara lebih ekonomis. Keunggulan lain dari alat tambang yang menerapkan teknologi sub-surface hydraulic mining itu, di antaranya luasan area tambang dan potensi limbah yang minimal, aktivitas land clearing dan stripping overburden yang juga minimal, penggalian bijih ore lebih maksimal, serta tingkat keselamatan yang juga lebih maksimal. Teknologi baru ini mulai dibangun pada tahun 2012, dipatenkan sejak tahun 2015 dan mulai diterapkan pada awal tahun ini.

Tak pelak, upaya transformasi TINS pun mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya tokoh lingkungan yang merupakan mantan Ketua Dewan Nasional Walhi, Nur Kholis.

"Sejauh ini saya melihat PT Timah telah mengupayakan banyak hal. Salah satunya peremajaan teknologi produksi yang lebih ramah lingkungan. Ini harus diapresiasi sebelum nanti bersama-sama kita lihat hasilnya," ujar Nur.

Terkait kinerja, TINS saat ini tengah sibuk mendongkrak produksinya untuk semester II-2018 demi mengejar target tahunan yang lebih baik. Hal ini tak lepas dari realisasi kinerja semester I-2018 yang hanya mampu memproduksi bijih timah sebanyak 12.700 ton, atau turun hingga 21,01% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 16.078 ton.

Penurunan produksi oleh manajemen disebutkan merupakan imbas dari kebijakan perusahaan untuk menahan aktivitas penjualan ekspor pada April 2018 seiring adanya perubahan regulasi dari pemerintah. Beruntung, meskipun menurun secara volume, harga jual rata-rata mengalami peningkatan sebesar 5%, dari semula US$20.000 per ton menjadi US$21.000 per ton pada semester II-2018 lalu. Manajemen pun masih optimistis pada semester II-2018 masih dapat memacu produksi bijih timahnya hingga mencapai 20.200 ton.

Dengan asumsi tersebut, perusahaan diharapkan dapat memproduksi 32.900 ton bijih timah, atau meningkat sekitar 5,52% dibanding realisasi produksi tahun 2017 yang sebesar 31.178 ton. Selain itu, TINS juga tengah berupaya memaksimalkan pendapatan dengan mendongkrak kontribusi penjualan dari timah kimia dan timah solder. Keduanya memiliki marjin lebih tebal karena harga jual yang lebih tinggi.

Di lain pihak, perusahaan juga berusaha menekan biaya penambangan dengan menerapkan metode penambangan baru, yaitu borehole mining (BHM) yang diklaim dapat menghemat biaya hingga 60%. Pada tahun 2017 lalu, TINS tercatat berhasil meraup pendapatan sebesar Rp9,22 triliun, meningkat 32,28% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp6,97 triliun. Dari nilai pendapatan sebesar itu, perusahaan berhasil menyisihkan laba bersih sebesar Rp502,43 miliar, melonjak hingga 100,3% dibanding periode tahun sebelumnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: