Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ditarget Selesai Akhir 2018, RCEP Masih Terkendala Hambatan Ini

Ditarget Selesai Akhir 2018, RCEP Masih Terkendala Hambatan Ini Kredit Foto: IPOC
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tantangan besar dalam perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) adalah para peserta berasal dari negara dengan perekonomian yang berbeda, mulai dari negara maju, negara berkembang, dan negara kurang berkembang. Padahal penyelesaian substansial RCEP ditarget akhir tahun ini.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, hambatan lain yakni beberapa pasangan mitra FTA Asean, seperti India dan Selandia Baru atau Tiongkok dan India belum pernah memiliki ikatan FTA sebelumnya.

"Hal ini mengakibatkan komitmen yang disepakati satu sama lain relatif rendah dan dapat menghambat upaya perluasan dan pendalaman mata-rantai pasokan yang coba dilakukan melalui RCEP ini," kata dia dalam pernyataan resminya di Jakarta.

Sejauh ini, dari 21 bab dan lampiran yang dibahas, para perunding telah menyelesaikan empat bab. Selain itu, negara peserta telah menawarkan komitmen akses pasar barang, jasa, dan investasi, namun masih dianggap kurang berarti oleh mayoritas negara peserta.

Berdasarkan analisis yang disampaikan oleh Indonesia selaku Ketua Komite Perundingan RCEP, sebenarnya para perunding dapat menyelesaikan tambahan lima atau enam bab tahun ini serta penawaran akses pasar yang lebih baik akhir tahun ini.

"Namun itu memerlukan perubahan sikap dari semua negara anggota untuk mencari solusi dan tidak hanya mengulang-ulang posisi yang sama untuk kepentingannya sendiri," imbuh Enggar.

Meski demikian, bila perundingan RCEP ini mencapai penyelesaian, maka akan menjadi FTA regional terbesar di dunia karena mencakup lebih dari 48% penduduk dunia, 38% GDP dunia dan sekitar 4R2% perdagangan dunia.

"Indonesia perlu menjadi bagian dari proses integrasi ekonomi regional RCEP ini, karena negara-negara yang tergabung di dalamnya secara bersama-sama akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia dengan kelas menengahnya yang berkembang pesat dan penguasaan teknologi konsumen yang makin kuat. Bila tidak, Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara sekitar," pungkas Enggar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: