Kerja sama antara Institut Teknologi Bandung dan Amazon Web Services (AWS) Educate dalam menyelenggarakan pelatihan teknologi bertajuk ITB Cloud Computing Bootcamp tak hanya bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswanya untuk terjun ke bidang komputasi awan. Namun, pihak ITB juga ingin mencoba bekerja sama dengan platform-platform lain yang disediakan Amazon.
Menurut Kepala Pusat Mikroelektronika ITB, Dr. Trio Adiono, pihak kampusnya berharap penelitian-penelitian yang telah dilakukan mahasiswa dan dosen dapat didukung oleh teknologi-teknologi yang ada di AWS Educate. Selain itu, ia juga mengutarakan keinginannya untuk menjadikan Amazon sebagai marketplace dari penelitian dan produk milik ITB.
“Kami berharap Amazon dapat menjadi marketplace untuk produk-produk ITB supaya dapat dikenal di dunia nasional dan internasional. Salah satu contohnya adalah materi e-learning ITB, agar bisa digunakan oleh pihak di luar ITB dengan baik,” jelas Trio kepada pers, Rabu (17/10/2018) di Aula Timur ITB, Bandung.
Adapun, penelitian-penelitian di ITB terbagi ke dalam banyak sektor. Mulai dari sektor pendidikan, telekomunikasi, hingga gaya hidup. Trio membeberkan sedikit beberapa penelitian yang telah dilakukan mahasiswa dan dosen di salah satu kampus ternama Indonesia tersebut.
“Untuk yang berhubungan dengan teknologi cloud computing, kami telah mengembangkan teknologi Smartcamp (Smart Campus). Beberapa kampus bahkan sudah menggunakan teknologi tersebut pada kartu mahasiswanya. Seluruh aktivitas pemegang kartu mahasiswa terhubung ke cloud,” ujar Trio kepada Warta Ekonomi.
Beberapa aktivitas yang tercatat dalam sistem kartu tersebut adalah absensi perkuliahan setiap harinya, parkir kendaraan di kampus, hingga pembayaran-pembayaran, seperti membeli makanan di kantin. Semua data akan masuk ke server internet yang telah ditentukan pihak pengembang teknologi. Dengan teknologi tersebut, pihak ITB bertujuan mendigitalisasi proses edukasi di kampus.
Trio juga menambahkan, ITB telah membuat base station, menciptakan smartphone, mengembangkan teknologi 4G, dan ada pula sistem smart home. Sistem tersebut mengizinkan penghuni rumah mematikan lampu (dan berbagai perangkat di rumah) menggunakan ponsel mereka.
“Jadi nantinya penghuni rumah bisa mengontrol perangkat rumah hanya dengan menggunakan smartphone. Semua datanya juga terekam di internet, seperti Smartcamp,” jelasnya.
Seluruh penelitian tersebut dikerjakan oleh mahasiswa. Tentu saja, dengan didampingi dosen sebagai pengarahnya. Namun, seluruh proses pembuatan dan pengembangan berada di tangan mahasiswa. Mulai dari tingkat S-1, S-2, hingga S-3.
Trio menyampaikan, dalam penelitian itu tidak sebatas hanya dalam lingkup teknis atau engineering saja kan? Diperlukan inventor, market, dan iklan.
"Nah, peran dosen dangat dibutuhkan karena mereka pasti memiliki jaringan lebih luas dibanding mahasiswa. Lalu, basic teknologi dari para dosen juga dibutuhkan untuk mengarahkan para mahasiswa dalam penelitian," papar Trio.
Sementara itu, ITB memilih AWS Educate sebagai partner dalam membekali para mahasiswanya dengan ilmu cloud computing karena menganggap perusahaan tersebut bernilai besar dan banyak memiliki jaringan global. Dengan begitu, teknologi yang digunakan pun merupakan teknologi terkini yang pastinya akan sangat bermanfaat bagi para mahasiswanya.
“Kegiatan seperti ini diharapkan akan dilakukan secara rutin karena pendidikan kita berkelanjutan. Kami ingin mahasiswa kita mendapatkan ilmu yang berkelanjutan di bidang cloud computing,” tutup Trio.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: