Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Operasikan PKS Baru di Papua, Eagle High Efisien Kelola Hasil Panen

Operasikan PKS Baru di Papua, Eagle High Efisien Kelola Hasil Panen Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Papua -

PT Eagle High Plantations Tbk (EHP) mulai mengoperasikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) baru yang dibangun di Kabupaten Keerom, Papua. Dengan beroperasinya PKS baru ini, EHP akan mendapatkan manfaat dan lebih efisien dalam pengelolaan dan pengolahan hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) dari perkebunan kelapa sawit PT TSP.

PKS yang dioperasikan melalui anak usaha EHP, yaitu PT Tandan Sawita Papua (TSP), ini telah berhasil melewati uji coba operasional pada awal bulan lalu.

Chief Financial Officer EHP, Henderi Djuanidi mengatakan, pengoperasian PKS ini sebagai rangkaian perencanaan Perseroan guna mengoptimalkan nilai tambah dari hasil panen TBS di areal TSP yang sebagian sudah memasuki usia tanaman menghasilkan.

"Diharapkan keberadaan PKS baru ini mampu menambah penyerapan tenaga kerja di Papua, khususnya di wilayah Kabupaten Keerom," kata Henderi Djunaidi, di jakarta, Senin malam (29/10/2018).

Henderi menyatakan, hingga akhir September ini, Perseroan telah melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi 100 calon pimpinan dalam Management Development Program dan pelatihan pengembangan SDM bagi 300 karyawan di level "Operational Leader.

Pada akhir tahun ini, Perseroan berencana akan membangun satu unit PKS dengan kapasitas 60 ton per jam dan bulking station dengan kapasitas simpan sebesar 4.000 ton. Pabrik yang akan dibangun di Kalimantan Timur ini sebagai upaya Perseroan guna mengantisipasi peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit di wilayah ini, yang masuk di usia prima pada tahun 2020.

PKS yang dibangun dengan total dana investasi sebesar Rp260 miliar ini memiliki kapasitas sebesar 60 ton per jam yang kelak bisa diperbesar menjadi 90 ton per jam. Dengan beroperasinya PKS ini, EHP telah memiliki sembilan PKS dengan total kapasitas sebesar 2,85juta ton per tahun.


Kinerja keuangan

Hingga kuartal ketiga ini, Perseroan berhasil membukukan peningkatan produksi TBS sebesar 1,295 juta ton atau meningkat 32% dibanding produksi pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan produksi CPO sebesar 277 ribu ton atau meningkat sebsar 26% dibanding tahun lalu.

Kendati volume produksi TBS dan CPO naik cukup signifikan, Perseroan belum optimal mencatatkan  total pendapatan sebesar Rp2,36 triliun atau hanya meningkat 6% dibanding dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan penurunan harga cukup tajam di kuartal ketiga ini, dibandingkan harga di kuartal kedua lalu.

Selain itu, pendapatan yang belum optimal ini juga disebabkan adanya penundaan pengiriman penjualan CPO. Hal ini teriihat pada tingginya persediaan barang jadi senilai Rp360 miliar. Diharapkan pengiriman bisa kembali lancar pada kuartal keempat.

Situasi makin kurang baik bagi Perseroan saat rupiah makin melemah terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal tahun hingga akhir September 2018 ini. Akibatnya Perseroan mencatatkan rugi kurs sebesar Rp165 miliar. Padahal Perseroan hanya memiliki 20% dari hutang yang berdenominasi dolar Amerika Serikat. Tak ayal, pada kuartal ketiga ini, Perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp282 miliar atau meningkat 31% dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Diharapkan periode kedepan harga CPO dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa membaik dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan Perseroan seiiring dengan tren kenaikan volume produksi TBS dan CPO ini,” pungkas Henderi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: