Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Kebijakan AS Mengisolasi Iran Sangat Berbahaya'

'Kebijakan AS Mengisolasi Iran Sangat Berbahaya' Kredit Foto: Reuters/Sergei Karpukhin
Warta Ekonomi, Ankara -

Menteri luar negeri Turki mengkritik soal perpanjangan sanksi AS terhadap industri minyak dan pengiriman Iran, dengan mengatakan jika kebijakan mengisolasi Iran itu berbahaya dan tidak adil untuk menghukum rakyatnya.

Komentar-komentar Mevlut Cavusoglu kepada para wartawan di Jepang pada Selasa (6/11/2018) datang sehari setelah Washington memberlakukan kembali sanksi terhada Teheran, dan meninggalkan kesepakatan tahun 2015 antara negara-negara dunia dan Iran atas program nuklirnya, sementara AS mengizinkan para pelanggan besar termasuk Turki untuk tetap membeli minyak mentah dari Iran.

“Kami tidak percaya ada hasil yang bisa dicapai dengan sanksi. Saya pikir dialog dan pembicaraan yang bermakna lebih berguna daripada sanksi,” ungkapnya, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (6/11/2018).

Keputusan Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk memukul ekonomi yang tergantung pada minyak Iran dan memaksa Teheran untuk membatalkan tidak hanya ambisi nuklirnya dan program rudal balistik, tetapi juga dukungannya untuk proksi militan di Suriah, Yaman, Lebanon dan bagian lain dari Timur Tengah.

Washington berjanji pada akhirnya akan menghentikan semua pembelian minyak mentah dari Iran secara global, tetapi untuk saat ini dikatakan delapan negara yaitu China, India, Korea Selatan, Jepang, Italia, Yunani, Taiwan dan Turki dapat melanjutkan impor tanpa penalti.

Ekspor mentah berkontribusi sepertiga dari pendapatan pemerintah Iran.

"Turki sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energinya dan negara tetangga Iran telah menjadi salah satu sumber utama minyaknya karena kedekatannya, kualitas minyak mentah, dan perbedaan harga yang menguntungkan," ungkap para pedagang.

Cavusoglu juga mengatakan tidak mudah bagi negara-negara termasuk Turki dan Jepang untuk melakukan diversifikasi sumber daya energi demi mematuhi sanksi AS.

"Tidak hanya negara tetangga tetapi banyak negara dari berbagai wilayah di dunia yang terkena dampak sanksi sepihak ini," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: